Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dede Yusuf soal Pilkada Sepi Pemilih: Calon Tak Menarik
2 Desember 2024 18:01 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Wakil Ketua Komisi II DPR, Dede Yusuf Macan Effendi, menyoroti angka golongan putih (golput) yang tinggi dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Artinya partisipasi para pemilih juga rendah.
ADVERTISEMENT
Dede menuturkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan partisipasi pemilih mengalami penurunan. Salah satunya, kurangnya menariknya calon kepala daerah.
“Itu tadi kalau kita lihat bahwa dari sekarang jumlah pesertanya tidak maksimal, itu menandakan mungkin calon-calonnya bukan calon yang menarik buat para pemilih,” tutur Dede usai memantau kerja Sirekap, di Kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Senin (2/12).
Bagi Dede, kontestasi dalam pilkada ibaratkan pertandingan sepak bola. Apabila peserta dalam pertandingan tersebut memiliki banyak penggemar serta menarik, maka penonton yang datang pun banyak.
Begitu pula dengan calon kepala daerah. Apabila calon tersebut menarik, maka dapat mendorong para pemilih untuk berdatangan ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
“Kalau dalam sebuah pertandingan sepak bola, kalau MU lawan Chelsea, itu biasanya penontonnya banyak. Jadi kembali lagi, memang calon juga sangat berpengaruh. Untuk membuat orang datang melihat pertandingan tersebut,” katanya.
ADVERTISEMENT
Dede melanjutkan, sekuat apa pun usaha KPU dalam memberikan sosialisasi untuk mengajak para pemilih ke TPS, akan kalah dengan calon kepala daerah yang tidak terdapat jagoan mereka.
“Karena kalau saya sempat coba koreksi apakah sosialisasi yang kurang atau apa yang kurang, ternyata sudah dilakukan dengan maksimal.Karena kan bagaimanapun juga pihak KPU hanya mampu menyampaikan ayo datang. Tapi untuk datang, berarti kan harus ada pemilih harus punya merasa, saya punya jago nih,” ujarnya.
“Ini ke depan tentu pelajaran bagi kita semua untuk benar-benar mencari calon yang memang menjadi jagonya dari masyarakat,” tambah dia.
Faktor berikutnya, kata Dede, rasa lelah masyarakat dalam menghadapi waktu Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang berdekatan. Dede menyarankan perubahan timeline pemilu selanjutnya dapat menjadi solusi dari hal tersebut.
ADVERTISEMENT
“Yang kedua, faktor lainnya juga karena waktu yang berdempetan dengan Pilpres, ini mungkin juga melelahkan,” ucap Wakil Ketua Komisi II tersebut.
“Mungkin bisa kita lakukan ke depan perubahan dengan beda tahun misalnya,” tambah dia.
Meskipun angka partisipasi pilgub menurun, Dede mengatakan, angka partisipasi pada Pemilihan Bupati (Pilbup) dan Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) mengalami peningkatan. Ini bukti bahwa calon bupati dan wali kota lebih menarik dari calon gubernur.
“Tetapi yang jelas saat ini partisipasi yang paling banyak itu justru yang kabupaten-kota, berbanding yang provinsi. Nah itu tandanya calon provinsinya mungkin kurang menjadi daya tarik untuk membuat pemilih berpartisipasi,” imbuhnya.