Din Syamsuddin Bicara soal Konsolidasi Kekuatan Politik Umat Islam

11 Maret 2025 20:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eks Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin memberikan tausiyah menjelang buka puasa, di Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (11/3/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Eks Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin memberikan tausiyah menjelang buka puasa, di Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (11/3/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Eks Ketua Umum PP Muhammadiyah Muhammad Sirajuddin Syamsuddin atau yang dikenal dengan Din Syamsuddin menyinggung kemunduran kekuatan partai politik umat Islam saat ini. Padahal awal reformasi, perkembangan partai politik dari kalangan umat Islam mencapai 122 .
ADVERTISEMENT
Din menilai, kemunduran kekuatan partai politik Islam ini disebabkan oleh kader-kader beragama Islam yang mulai tersebar ke partai-partai lain.
“Karena ketidakmampuan kita mengelola apa yang telah diberikan sejak 1973 itu, maka yang terjadi adalah kemunduran, kalau tidak keruntuhan kekuatan politik umat Islam. Kekuatan politik umat Islam ternyata karena kader-kader muslim yang berdiaspora di banyak partai politik,” tutur Din syamsuddin dalam sambutannya di Acara Buka Bersama Eks Pendiri PPP, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (11/3).
Suasana acara buka bersama para eks pendiri PPP di Jalan Gereja No 24, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Selasa (11/3/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
Tahun 1973 yang dimaksud Din adalah penyederhanaan penggabungan partai yang diinsiasi oleh Presiden Soeharto. Tujuannya adalah untuk menciptakan stabilitas politik kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nah, di tahun itu, tepatnya 5 Januari 1973, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dideklarasikan.
ADVERTISEMENT
Partai Persatuan Pembangunan merupakan hasil gabungan dari 4 partai keagamaan. Yakni PERTI (Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah), NU (Partai Nahdlatul Ulama), PARMUSI (Partai Muslim Indonesia) dan juga PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia). Saat itu diketuai Mohammad Syafa’at Mintaredja. Partai ini menyertakan diri sebagai rumah besar umat Islam.
Suasana acara buka bersama para eks pendiri PPP di Jalan Gereja No 24, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Selasa (11/3/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
“Apalagi di awal reformasi Indonesia, dimungkinkan multi partai system, tentunya partai-partai politik, bahkan dari kalangan umat Islam, sempat ada, kalau tidak salah, 122 partai politik di awal reformasi,” sambungnya.
Menurutnya, politik lapangan yang menerapkan konsep Pemilu satu orang, satu suara, ini bisa mengakibatkan kekuatan partai politik umat Islam melemah. Kendati demikian, dia meyakini umat Islam dapat menang jika menerapkan konsep politik ruangan.
“Kalau politik lapangan, 1 [orang] 1 vote, umat Islam akan terkalahkan. Tapi kalau politik ruangan, seperti masih ada Majelis Permusyawaratan Rakyat dan pengambilan keputusan strategis di sana, mungkin kalangan Islam masih bisa berbicara,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kemunduran kekuatan partai politik Islam ini, Din menyarankan, diperlukan adanya konsolidasi antara kekuatan politik umat Islam.
“Inilah kenyataan kita sekarang ini, maka saya melompat, saya berpikir sudah lama sekali perlu ada konsolidasi kekuatan politik umat Islam,” tutupnya.