Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Diskriminasi dan Rasisme terhadap Warga Muslim di Eropa Meningkat Tajam
24 Oktober 2024 12:45 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Badan HAM Uni Eropa (FRA) mengeluarkan laporan perihal peningkatan diskriminasi dan rasisme terhadap umat Muslim di Eropa, Kamis (24/10). Angkanya meningkat begitu tajam.
ADVERTISEMENT
FRA melaporkan peningkatan diskriminasi dan rasisme meningkat di beberapa negara Eropa sejak perang Gaza pecah pada 7 Oktober 2023. Saat bersamaan tindakan anti-Semit di Eropa turut meroket.
"Kami menyadari laporan di beberapa negara Uni Eropa, menyoroti sebuah peningkatan kebencian anti-Muslim serta anti-Semit setelah serangan Hamas," kata juru bicara FRA Nicole Romain seperti dikutip dari AFP.
"Bahkan sebelum (perang Gaza) menunjukkan lebih sulit bagi Muslim di Uni Eropa," sambung dia.
Laporan FRA, nyaris satu dari dua warga Muslim di Uni Eropa menjadi korban rasisme dan diskriminasi setiap harinya. Angka itu naik dari survei terakhir pada 2016 yaitu 36 persen warga Muslim menjadi korban diskriminasi dan rasisme.
Rata-rata tertinggi tindak diskriminasi dan rasisme Muslim terdapat di Austria, Jerman dan Finlandia.
ADVERTISEMENT
"Kami menyaksikan peningkatan mengkhawatirkan diskriminasi dan rasisme terhadap warga Muslim di Eropa," ucap Direktur FRA Sirpa Rautio.
"Ini dipicu konflik Timur Tengah dan diperburuk oleh retorika anti-Muslim yang tak manusiawi yang kami lihat di seluruh benua," sambung dia.
Survei FRA ini turut pula menunjukkan bahwa tindak diskriminasi dan rasisme melonjak di tempat kerja, sektor perumahan, pendidikan dan kesehatan.
Peningkatan Muslim Eropa
Saat bersamaan, FRA melaporkan peningkatan populasi Muslim di Uni Eropa. Kini, sebanyak 26 juta warga Muslim tinggal di Eropa.
Sebagian besar warga Muslim berada di dua negara, yaitu Jerman dan Prancis.
Peningkatan Muslim di Uni Eropa disebabkan datangnya pengungsi dari negara-negara konflik semisal Afghanistan, Irak, dan Suriah.