Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Memasuki usia senja dengan kondisi fisik yang semakin ringkih tak lantas membuat Kakek Heri berpangku tangan. Dia menolak mengemis dan memilih berjualan pulpen demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama sang istri.
ADVERTISEMENT
Kakek bernama lengkap Heryanto ini setiap hari berjualan pulpen di depan Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat. Dia sengaja datang jauh-jauh dari rumah kontrakan di Cakung, Jakarta Timur, ke Trisakti demi berjualan pulpen.
Sudah 2 tahun kakek berusia 61 tahun ini berjualan pulpen di kampus-kampus. Dari UI di Depok, UNJ di Rawamangun, dan terakhir di Universitas Trisakti hingga kini. Meski penghasilannya tak pasti, dia tak pernah absen mencari nafkah.
"Paling (pendapatan per hari) Rp 60 ribu, laku 20 gitu ya. Tapi kadang-kadang enggak sampai," ujar Kakek Heri kepada kumparan, Sabtu (7/9).
Sebelum berjualan pulpen, Kakek Heri sempat menjadi tukang servis jok mobil di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Namun, dia harus berhenti karena mata kirinya mengalami kebutaan.
ADVERTISEMENT
Bapak dua anak ini sempat tak bekerja selama 5 tahun dan menggantungkan nafkah dari sang istri yang berjualan peyek. Namun uang hasil jualan peyek tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kondisi finansial kedua anaknya juga belum stabil sehingga tak bisa banyak membantu. Dalam kondisi penuh keterbatasan itulah Kakek Heri memutuskan untuk berjualan pulpen di kampus-kampus.
Awalnya dia berjualan pulpen keliling kampung dengan berjalan kaki hingga 5 km. Namun karena tak efektif, istrinya mengusulkan agar ia berjualan di kampus-kampus. Benar saja, dagangan Kakek Heri lebih laku. Bahkan banyak yang membayar lebih dari harga yang ia banderol Rp 5-8 ribu per pulpen.
"Di sini orangnya ya beli 1 kadang-kadang dibayar Rp 20 ribu. Kadang-kadang dikasih uang Rp 50 ribu. Di sini orang-orangnya benar-benar dermawan," cerita kakek Heri.
ADVERTISEMENT
Namun tak melulu kisah menyenangkan yang ia alami selama berjualan. Kakek Heri juga pernah ditipu pembeli yang membayar pulpen dengan uang palsu.
"Beli 2 uangnya Rp 50 ribu, minta kembali Rp 40 ribu, udah kita simpen kita taruh, kita bawa pulang. Begitu kita lihat (uangnya) kok tipis, luntur. Ya Allah, ya udah enggak apa-apalah, belum rezeki kita kali," ungkapnya.
Kisah Kakek Heri yang terus berjuang meski usianya tak lagi muda, menginspirasi banyak orang. Oleh karena itu untuk membantu meringankan beban Kakek Heri dan keluarga, kumparan membuka donasi online melalui Kitabisa.com.
Jika Anda tergerak untuk memberikan donasi untuk kakek yang pantang menyerah ini, dapat menyalurkannya melalui tautan berikut:
ADVERTISEMENT