Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Dua Tahun Bebas Corona, Tonga Laporkan Penemuan Kasus COVID-19
2 Februari 2022 11:12 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selama dua tahun lamanya, Tonga hampir sepenuhnya terbebas dari COVID-19 karena aturan perbatasan internasional yang ketat. Sejak awal 2020, mereka hanya melaporkan satu kasus konfirmasi corona dan nol kematian.
Pasien tersebut merupakan pria yang datang dari Selandia Baru pada Oktober 2021. Ia kini sudah sembuh total.
Namun, usai erupsi Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha’apai pada 15 Januari, kapal dari berbagai negara tiba di Tonga untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.
Perdana Menteri Tonga Siaosi Sovaleni mengatakan, dua kasus positif tersebut terdeteksi di Ibu Kota Nuku’alofa. Keduanya langsung menjalani isolasi.
“Isu yang paling penting saat ini adalah memperlambat dan menghentikan mereka yang terdampak [COVID-19],” ujar Sovaleni dalam pidato nasional pada Selasa (1/2) malam, dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
“Itu menjadi alasan lockdown nasional kita. Tidak akan ada kapal yang diizinkan untuk berangkat dari satu pulau ke pulau lainnya, tidak ada lagi penerbangan pesawat [domestik],” imbuh dia.
Ia mengatakan, kedua pasien positif bekerja di pelabuhan Nuku’alofa, tempat tibanya bantuan kemanusiaan dari berbagai negara.
Dua pasien ini sudah divaksinasi dua dosis dan tidak bergejala. Tak diketahui varian virus corona apa yang menginfeksi mereka.
Sovaleni juga tidak menyebutkan kapal mana yang merupakan lokasi kerja kedua pasien.
Penutupan perbatasan Tonga akan berlangsung mulai Rabu (2/2) pukul 6 sore waktu setempat. Perkembangan situasi akan terus ditinjau setiap 48 jam sekali.
Sebelumnya, Pemerintah Tonga pernah menyuarakan kekhawatirannya soal potensi COVID-19 dibawa oleh kapal-kapal penyalur bantuan kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Pada 17 Januari lalu, Wakil Perwakilan Tonga di Australia, Curtis Tu’ihalangingie, meminta dunia untuk bersabar sebelum mengirimkan bantuan.
“Ketika orang-orang melihat musibah yang sangat besar, mereka cenderung ingin membantu,” kata Tu’ihalangingie.
“Kami tidak ingin membawa gelombang lainnya, tsunami COVID-19,” tambah dia.
Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, China, Prancis, Fiji, dan Inggris merupakan negara-negara yang mengirimkan kapal berisi bantuan. Paket yang dikirimkan berupa air minum bersih, alat kesehatan, dan peralatan-peralatan teknik.
Seluruh bantuan kemanusiaan disalurkan dengan protokol nol kontak, alias tidak ada kontak langsung. Paket yang dikirimkan harus diisolasi selama tiga hari sebelum bisa disalurkan kepada warga.
Sebelumnya, kapal bantuan dari Australia HMAS Adelaide berlabuh di Nuku’alofa untuk menurunkan bantuan kemanusiaan pada pekan lalu. Padahal, sekitar 20 kru kapal itu terinfeksi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Angkatan Bersenjata Australia tidak memaparkan angka terkini kasus COVID-19 yang terjadi di kapal HMAS Adelaide. Namun, stasiun televisi Australia ABC melaporkan kasusnya sudah mencapai lebih dari 70.
Tonga Luluh Lantak Dihajar Erupsi dan Tsunami
Erupsi Gunung Api Bawah Laut Hunga Tonga-Hunga Ha’apai sangat dahsyat. Menurut NASA, ledakannya setara dengan 100 kali ledakan bom di Hiroshima, Jepang, pada 1945 silam.
Akibat dari letusan tersebut, tsunami setinggi 15 meter menghantam pulau-pulau di Tonga. Sebanyak tiga orang terkonfirmasi tewas.
Abu vulkanik menyelimuti wilayah-wilayah Tonga dan mengkontaminasi sumber air bersih. Krisis air minum bersih masih menjadi tantangan terbesar yang dihadapi Tonga.
Sekitar 1.500 penduduk saat ini telantar. Akses komunikasi juga belum sepenuhnya pulih, usai erupsi menyebabkan kabel optik bawah laut terputus.
ADVERTISEMENT