Duduk Perkara Pameran Yos Suprapto Ditunda: Diminta Ditutup Kain-Diturunkan

20 Desember 2024 20:37 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seniman Yos Suprapto masih menanti pintu tempat pameran untuk dibuka, di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024).  Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seniman Yos Suprapto masih menanti pintu tempat pameran untuk dibuka, di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Pameran tunggal lukisan milik Yos Suprapto batal digelar di Galeri Nasional, Jakarta. Pameran bertajuk "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan'' itu batal dihelat karena kurator mundur.
ADVERTISEMENT
Kurator tersebut bernama Suwarno Wisetrotomo. Ada selisih paham antara Yos dengan Suwarno yang membuat pameran yang harusnya dibuka pada Kamis (19/12) malam itu tidak jadi digelar.
Yos kepada wartawan menuturkan duduk perkara yang membuat pamerannya tidak jadi digelar. Ia mengatakan rencana pameran tersebut sudah ada sejak 2023.
Awalnya Yos dijadwalkan pameran pada awal 2024. Lalu mundur menjadi Agustus 2024, tapi slotnya saat itu dipakai oleh orang lain. Yos tidak mempermasalahkan hal itu.
Yos akhirnya mendapatkan tanggal untuk pemerannya, yakni pada 3 Desember 2024.
"Karena itu sudah secara formal disepakati, saya berani mengundang teman-teman saya seperti Prof. Meredith, Prof. Patugalan, teman-teman kuliah saya dulu untuk datang. Mereka datang tanggal 1, tapi ternyata kemudian ada kemunduran mendadak karena alasannya ada pameran Basuki Abdullah Award," tutur Yos.
ADVERTISEMENT
Agenda pameran Yos mundur menjadi 19 Desember 2024. Yos kemudian mulai memasang lukisannya pada 13 Desember 2024. Dari sinilah permasalahan itu hadir.
"Sudah disepakati seharusnya kurator itu harus hadir. Kurator harus hadir, tapi ternyata kuratornya tidak hadir. Kemudian saya dengar tanggal 16 sore itu dia baru masuk Jakarta dan tanggal 17 pagi, itu tiga hari setelah karya-karya jadi, mulai dipasang dan lain-lain, kuratornya baru datang," ujar Yos.
Lukisan Yos Suprapto yang sedianya dipamerkan di Galeri Nasional. Foto: Dok. Istimewa
Menurut Yos, komplain disampaikan oleh kurator di saat itu. Ada lukisan yang diminta untuk tidak ditampilkan.
"Ada dua lukisan yang dia [kurator] juga pernah lihat di rumah saya, yang dulunya tidak pernah ngomong apa-apa tentang karya tersebut, dikomplain untuk tidak disertakan dengan alasan bahwa itu akan mengurangi greget atau nilai atau bobot dari tema pameran yang berjudul 'Kebangkitan: tanah dan kedaulatan pangan'" ujar Yos.
ADVERTISEMENT
Lukisan pertama yang dipermasalahkan berjudul Konoha I. Lukisan menggambarkan "raja bermahkota Jawa" yang menginjak beberapa orang dengan dikawal pasukan bersenjata.
"Itu menceritakan tentang kekuasaan. Bahwa sebetulnya ya, kekuasaan itu didukung oleh rakyat yang diinjaknya. Jadi kehidupan kekuasaan itu tidak bisa muncul dari atas langit ke bawah, tetapi dari bawah ke atas. Rakyat membayar pajak, rakyat yang melakukan segala, rakyat yang memproduksi pangan," tuturnya.
Lukisan lainnya yang juga dipermasalahkan berjudul Konoha II. Lukisan itu menggambarkan orang saling menjilat pantat.
"Nah, Konoha II ini, itu bercerita tentang kita hancur lebur ini karena ada budaya yang namanya hyperindividu, dan hyperindividu menghasilkan sikap mental budaya jilat pantat itu. Asal Bapak senang. Dan itu saya gambarkan secara eksplisit, ya, figur-figur yang saling menjilat," urai dia.
Yos Suprato dan lukisan karyanya untuk pameran tunggal bertajuk "Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan". Foto: Dok. Istimewa
Menurut Yos, Suwarno sebagai kurator sempat melaporkan hal itu kepada Wamen Kebudayaan Giring Ganesha. Lukisan tersebut dinilai mengandung pornografi.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi itu Yos menutup dua karya itu dengan kain sebai bentuk sensor.
"Oke, kalau porno kan ditutup, cukup. Nah, sudah saya lakukan, saya tutup. Saya terima, itu tanggal 17," ujarnya.
Namun, masalah belum selesai. Pada 19 Desember 2024, sebelum pameran dibuka, Yos dipanggil untuk rapat. Rupanya ada tiga lukisan lain yang diminta untuk diturunkan.
"Nah, tiga lukisan ini menceritakan tentang seorang petani, gambaran petani, ya, sedang memberi makan kepada orang kaya. Petani memberi makan kepada anjing-anjing. Petani membawa sapi, yang saya gambarkan, seperti ke istana. Loh, itu dianggap vulgar," ujarnya.
Yos merasa heran karena permintaan itu disampaikan beberapa jam sebelum pameran dibuka. Ia pun tidak setuju dengan permintaan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Itu kan kontroversial sekali. Nah, karena saya tidak ada kesepakatan dan ketidak setujuan dengan saya, ya, kuratornya mengundurkan diri," tuturnya.
Yos tidak mempermasalahkan mundurnya Suwarno. Sebab ia merasa sejak awal Suwarno tidak banyak terlibat sebagai seorang kurator.
"Ya, saya enggak apa-apa. Orang dari awal, saya kuratori sendiri kok. Saya yang mengatur tata letak, saya mengatur bagaimana membuat instalasi. Itu saya lakukan sendiri, bukan kurator," ungkapnya.
Kondisi tersebut ternyata membuat pameran Yos tidak bisa digelar. Galeri Nasional menunda pembukaan pameran tersebut.
Ketua Tim Museum dan Galeri IHA (Indonesian Heritage Agency) Zamrud Setya Nagara menjelaskan penundaan itu dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada kurator dan pelukis—Yos Suprapto—untuk menyatukan pandangan. Termasuk memperbarui konsep yang sudah disepakati sejak awal.
ADVERTISEMENT
“Pameran, kita pelaksana, menunda dengan syarat, silakan dibenahi dulu komunikasi dengan kurator. Diperbarui karena dari awal sudah konsepnya seperti itu. Kami menempatkan lembaga ini lembaga publik yang juga mengedukasi,” ungkapnya.
Kata Kurator
Sementara itu Suwarno sang kurator mengatakan pameran bertema ketahanan pangan tersebut batal karena ada lukisan yang tidak sesuai tema. Bukan soal bentuk lukisannya.
“Ketika diskusi-diskusi mendekati hari H tentang karya-karya yang saya pandang tidak relevan karena tidak berbicara tentang tema yang kita sepakati,” tutur Suwarno melalui sambungan telepon, di Galeri Nasional Indonesia, Kawasan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (20/12).
“Kami mengatakan karya itu tidak sesuai, karya itu tidak relate dengan tema, saya keberatan kalau dipasang. Semata-mata bukan soal bentuk lukisannya atau ini seperti apa,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Suwarno mengatakan, terdapat dua dari lima lukisan yang dinilai terlalu mencolok melencengnya. Namun ia tak menyebut judulnya.
“Waktu itu dua karya yang saya tengarai sangat mencolok tidak sesuai tema ya saya mengatakan, bagaimana kalau tidak dipasang,” ujarnya.