Eks Presiden Honduras Tersandung Kasus Narkoba, Sang Istri Malah Nyapres

14 Maret 2024 10:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez, kiri, berdiri bersama istrinya Ana Garcia, saat upacara pelantikan presiden untuk masa jabatan keduanya di Stadion Nasional di Tegucigalpa, Honduras, 27 Januari 2018. Foto: AP Photo/Fernando Antonio
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez, kiri, berdiri bersama istrinya Ana Garcia, saat upacara pelantikan presiden untuk masa jabatan keduanya di Stadion Nasional di Tegucigalpa, Honduras, 27 Januari 2018. Foto: AP Photo/Fernando Antonio
ADVERTISEMENT
Mantan ibu negara Honduras, Ana García de Hernández, pada Selasa (13/3) menyampaikan rencananya mencalonkan diri sebagai presiden tahun depan.
ADVERTISEMENT
Dikutip AP, pernyataan itu disampaikan selang beberapa hari usai suaminya, Juan Orlando Hernández, dihukum akibat perdagangan narkoba di Amerika Serikat.
Mantan Presiden Juan Orlando Hernández dijatuhi hukuman oleh pengadilan federal di Manhattan pada Jumat (8/3). Ia terbukti bersalah atas kasus penyelundupan ratusan ton kokain ke Amerika Serikat.
“Saya ingin memberi tahu bahwa mulai saat ini saya akan memulai perjuangan aktif dan proaktif agar dunia mengetahui ketidakadilan yang telah dilakukan,” ujar García de Hernández dalam konferensi pers, Selasa (12/3).
Dia juga mengatakan akan berupaya menjadi nominasi dari Partai Nasional yang dipimpin sang suami.
“Saya tahu apa yang harus dilakukan, saya tahu apa pekerjaannya, saya tahu dedikasi dan perjuangan suami saya setiap hari dan saya tahu kebutuhan besar Honduras, dan salah satu yang terbesar adalah ketidakadilan yang baru saja kita lihat,” bela García de Hernández.
ADVERTISEMENT
Anggota parlemen dari Partai LIBRE, Marco Eliud Girón, a, mengatakan bahwa García de Hernández dapat mencalonkan diri. Namun Marco menegaskan bahwa status suami sebagai pengedar narkoba dapat mempengaruhi hasil pemilu.
Hernández ditangkap di rumahnya di Tegucigalpa, Honduras, tiga bulan setelah meninggalkan jabatannya pada 2022. Ia kemudian diekstradisi ke AS pada April tahun itu.
Sepanjang persidangan, Hernández tetap menyatakan dirinya tidak bersalah. Akibat kasus narkoba tersebut Hernandez terancam dihukum penjara seumur hidup.