Ekspedisi Perubahan ke Jatim, Diskusi soal Pendidikan hingga Komunitas Kreatif

28 Januari 2024 15:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ubah Bareng mengadakan Ekspedisi Perubahan dengan mengunjungi Ponorogo, kemudian dilanjutkan Tulungagung dan Blitar keesokan. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ubah Bareng mengadakan Ekspedisi Perubahan dengan mengunjungi Ponorogo, kemudian dilanjutkan Tulungagung dan Blitar keesokan. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ubah Bareng kembali mengadakan Ekspedisi Perubahan dengan mengunjungi sejumlah daerah di Jawa Timur. Kegiatan berlangsung di Ponorogo pada Selasa (23/1), kemudian dilanjutkan Tulungagung dan Blitar keesokan harinya, Rabu (24/1).
ADVERTISEMENT
Selain ketiga daerah tersebut, Ekspedisi Perubahan juga bersafari ke Malang, Surabaya, dan Madura. Seperti biasanya, kegiatan ini mengajak warga setempat untuk berdiskusi mengenai masalah yang sering mereka hadapi di daerahnya masing-masing.
Di Ponorogo, misalnya, warga masih merasakan adanya ketimpangan di sektor pendidikan. Hal ini sebagaimana disampaikan seorang peserta Ekspedisi Perubahan, Emil, yang mengatakan bahwa terjadi kurangnya pemerataan antara sekolah negeri dan swasta.
“Untuk permasalahan yang ada di Ponorogo, yang juga saya rasakan sendiri, yaitu dalam sektor pendidikan masih kurangnya pemerataan. Karena yang sekolah negeri dan swasta ini masing nggonjeng,” ujarnya.
Ubah Bareng mengadakan Ekspedisi Perubahan dengan mengunjungi Ponorogo, kemudian dilanjutkan Tulungagung dan Blitar keesokan. Foto: Dok. Istimewa
Tidak hanya itu, Ekspedisi Perubahan menemukan masalah lain saat berdiskusi dengan warga di Tulungagung dan Blitar. Dalam diskusi itu, terungkap bahwa komunitas kreatif untuk anak muda berkumpul dan bertukar pikiran masih sangat minim.
ADVERTISEMENT
Salah seorang peserta Ekspedisi Perubahan, Yurista Hardika Dinata, mengatakan kawula muda di Tulungagung dan Blitar setidaknya mesti diberikan wadah agar mereka bisa berkembang, yang diharapkan juga akan berimbas pada memajukan daerahnya.
“Wadah-wadah baru, komunitas-komunitas kreatif itu perlu diakomodir, diwadahi minimal satu. Kemudian itu bisa dikolaborasikan dan memberikan trigger, sehingga di kemudian hari daerah ini dan anak mudanya dapat berkembang,” kata Yurista.
Emirio Syarfuan selaku Koordinator Ekspedisi Perubahan pun sepakat dengan masukan itu. Menurutnya, wadah untuk anak muda serta pemerataan pendidikan dapat menjadi salah satu cara untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Jangan sampai anak muda di daerah, pada waktu Indonesia Emas, hanya menerima warisan masalah yang kita tidak tahu dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu, kita juga berhak untuk kemudian mencicil perubahan itu mulai dari saat ini,” katanya.
ADVERTISEMENT
Terkait perubahan itu sendiri, Rahma Arifa Muhaimin selaku peserta Ekspedisi Perubahan, kian optimis bahwasanya memang banyak anak muda yang menginginkan Indonesia menjadi lebih baik. Ini tercermin dari jumlah peserta diskusi yang melebih target.
“Kami terharu melihat semakin banyak anak muda yang menginginkan perubahan. Peserta Ekspedisi Perubahan yang hadir melebihi target yang awalnya 500, ini total bisa sampai 800 mendekati 1000. Masalah-masalah, juga masukan dari mereka tentunya akan kami sampaikan kepada para pemangku kepentingan agar, bisa menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk Indonesia yang lebih adil, makmur, dan setara,” tutupnya.
(LAN)