Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Goresan tangan berulang tak teratur di atas kanvas menandakan kesabaran seniman Butet Kertaradjasa habis. Dia kesal menyaksikan kericuhan politik di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Huruf-huruf itu membentuk nama lengkapnya, Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa dan sebuah kata "Nusantara". Kedua kata itu mengikuti pola gambar binatang, manusia dan wajah kehidupan sosial kota dalam sejumlah lukisan.
Masing-masing gambar dibubuhi warna cerah namun secara keseluruhan lukisan tampak sendu, was-was dan muram. Teknik melukis kata berulang disebutnya dengan wirit visual.
"Saya memikirkan bangsa dan negara ini dan berdoa. Sedangkan, (kata) nusantara untuk (merujuk pada) kebaikan negara," Jawab Butet saat ditanya apa yang dipikirkannya ketika menuliskan kata secara berulang.
Hal ini disampaikan Butet saat membuka pameran seni rupa bertajuk "Eling lan Waspada” di Tonyraka Art Gallery, Desa Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Sabtu (19/10).
Butet sengaja mencurahkan isi hati melalui karya. Dia tak mau terjebak menjadi pengrajin seni rupa yang cuma mengejar estetika. Baginya, seni adalah alat perubahan dan perjuangan sosial melawan ketidakadilan.
ADVERTISEMENT
Pelukis Perancis Pablo Ruiz Picasso dan Pelukis Indonesia Affandi Koesoema adalah contoh seniman yang aktif dalam politik demi negara.
"Jadi kalau jalan politik kotor, jorok maka kita kembali kepada jalan kebudayaan. Affandi, oh anggota anggota konstituante dari PKI, berpolitik," sambungnya.
Pameran ini merupakan sekuel dari pameran seni rupa “Melik Nggendhong Lali” yang digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Jumat (26/4) lalu.
Melik Nggendhong bertalian dengan ungkapan leluhur Jawa, yang bermakna setiap nafsu kepemilikan harta atau kekuasaan berlebihan cenderung membuat seseorang menjadi lupa segalanya, termasuk menabrak aneka aturan dan larangan, semata-mata demi memenuhi hasrat kesetanan.
Eling lan Waspada merupakan bentuk peringatan bagi seseorang lupa diri agar waspada dari leluhur atau alam.
ADVERTISEMENT
"Artinya kamu bisa dikutuk oleh alam kalau abai pada kewaspadaan," katanya.
Butet menampilkan sekitar 34 buah lukisan pada pameran kali ini. Lukisan dicoret dalam kanvas, keramik dan metal. Patung sosok lelaki berbadan kurus berhidung panjang turut dipamerkan.
Butet juga sempat menyinggung Presiden Jokowi pada penghujung acara. Butet pernah mendukung Jokowi dua kali berturut-turut pada Pilpres 2014-2020.
"Semoga dia ditikam oleh kejahatan yang dia ciptakan sendiri, kalau orang berkhianat maka akan sampai ke titik nadir secara tragis dengan juga dikhianati," katanya.
Salah satu contoh lukisan yang dipamerkan diantaranya berjudul "Intel di mana-mana". Butet menggambar ksatria Jawa dikelilingi sejumlah mata. Lukisan dipadukan dengan warna biru dan kuning.
Ada juga lukisan pemimpin Indonesia dari tahun ke tahun. Lukisan itu dipajang bak foto presiden. Ada yang terlihat seperti badut, sosok berwarna loreng-loreng, sosok mata buta, berpeci dan satu terlihat abstrak bertuliskan 2030 ASU.