Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Eloknya Musala Bergaya China di Kolong Tol Warakas
5 April 2018 15:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Tepat di kolong Tol Ir Wiyoto-Wiyono, sebuah bangunan berwarna hijau dan merah tampak mencolok dari ruas jalan Warakas Gang 21, Warakas, Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
ADVERTISEMENT
Tak ada yang mengira, bangunan elok bergaya Tiongkok itu nantinya akan dijadikan musala bagi warga sekitar. Padahal, setahun yang lalu kolong tol ini masih kumuh dan jadi tempat pembuangan sampah oleh warga.
Ide pembangunan musala ini diprakarsai oleh Yusuf Hamka seorang mualaf keturunan Tionghoa sekaligus penasihat di PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.
Menurut Muntaha seorang penjaga musala, dana pembangunan musala ditanggung secara pribadi oleh Yusuf Hamka. Sementara itu, Muntaha menyebut desain musala bergaya Tiongkok ini bukan untuk membeda-bedakan namun justru untuk menciptakan akulturasi kebudayaan dan toleransi.
"Jadi desainnya seperti ini bukan untuk membeda-bedakan China dengan umat Islam namun untuk mempersatukan budaya," ujar Muntaha saat ditemui kumparan (kumparan.com) pada Kamis (5/4).
ADVERTISEMENT
Musala seluas 15x17 meter tersebut memiliki delapan pilar besar yang menyangga atap. Langit-langit musala dilukis menyerupai awan dengan dominasi warna biru dan putih. Terdapat fasilitas kursi keramik yang disediakan pada tempat wudhu putra dan putri.
"Ya ini tempat wudhunya dibuat ada kursinya supaya tidak terburu-buru, jemaah bisa berdoa dulu," kata Muntaha.
Diperkirakan, musala ini mampu menampung 300 hingga 400 jemaah. Meski pembangunan musala sudah mencapai tahap akhir, masih terlihat beberapa tukang bangunan merampungkan sisa-sisa garapan.
Rencananya, pembangunan musala yang dimulai pada Agustus 2017 ini selesai sebelum bulan Ramadhan dan nantinya akan diberi nama Babah A Loen yang merupakan nama kecil Yusuf Hamka.
"Supaya Ramadhan bisa dipakai, ini tinggal pekerjaan yang sedikit-sedikit. Sesuai dengan nama kecil pemilik musala ini nanti namanya Babah A Loen," kata Muntaha.
ADVERTISEMENT