Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Emil Salim: Laut Kita Ini Terkaya di Dunia, Tapi Kita Hidup Bukan dari Laut
7 Juni 2024 21:03 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Emil Salim menyoroti paradoks yang dihadapi Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya akan sumber daya laut, namun penduduknya belum mampu memanfaatkan kekayaan tersebut secara optimal.
ADVERTISEMENT
"Laut kita ini terkaya di dunia, tapi kita hidup bukan dari laut. Produksi ikan kita tidak tinggi. Jadi kita duduk di atas peti emas, tapi emas di sini (bawah) kita tidak tahu," ujar Emil kepada kumparan, sebelum mengisi acara Ocean-Climate Open Forum yang digelar oleh IOJI (Indonesia Ocean Justice Initiative) di @America, Pacific Place Mall, Jakarta, Jumat (7/6).
Menurut Emil, tantangan perubahan iklim semakin nyata dan mendesak.
"Laut yang kita hadapi ke depan tidak sama dengan laut yang kemarin," katanya.
Ia menekankan pentingnya pendekatan ilmiah dalam menghadapi perubahan kondisi alam yang semakin tidak menentu.
Emil menyarankan teknologi desalinasi untuk mengubah air laut menjadi air minum sebagai solusi kekurangan air akibat curah hujan yang berkurang.
Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada sektor pertanian.
ADVERTISEMENT
"Padi mengalami perubahan iklim, pola irigasi kita harus berubah, bukan irigasi rindam tapi irigasi tetes. Bibit kita ubah dengan rekayasa genetika," jelas Emil.
Profesor sekaligus mantan menteri itu juga menyampaikan pentingnya pendidikan dalam mempersiapkan masyarakat menghadapi perubahan alam dan krisis iklim.
"Kita harus bisa hidup dari air, tidak bergantung dari hujan. Laut kan air, hanya garam. Nah desalinasi, ada tekniknya," katanya.
Dalam kesempatan itu, ia mengimbau semua pihak untuk menggalakkan orientasi pembangunan yang berbasis pada pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim menjelang 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045.