Epidemiolog Nilai Kekebalan Kelompok di RI Sudah Mulai Terbentuk

26 Maret 2022 17:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksinasi COVID-19. Foto: M Ibnu Chazar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksinasi COVID-19. Foto: M Ibnu Chazar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Epidemiolog Universitas Airlangga dr Windhu Purnomo menyebut kekebalan kelompok atau herd immunity terhadap virus COVID-19 di Indonesia sudah terbentuk.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kekebalan tersebut didapat dari luar vaksinasi, yakni dari gelombang kasus pada 2021 lalu yang tinggi.
"Pertengahan 2021 kita mengalami gelombang kasus luar biasa dan sangat menular. Kasus yang dilaporkan juga hanya puncak kecil dari gunung es, banyak yang tidak disadari. Kemudian kasus menurun cepat dan kita luar biasa bagus sampai hari ini," tuturnya.
Belum lama ini para pakar dari berbagai universitas disebut telah melakukan survei antibodi atau Seroprevelance Survey. Hasil tersebut telah dirilis resmi oleh Kemenkes dengan hasil 86.6 persen penduduk Indonesia sudah memiliki kekebalan virus COVID-19.
"Artinya kekebalan komunal sudah terbentuk, bukan karena vaksinasi lho ya, tapi secara umum. Kekebalan komunal itu dengan tingginya yang namanya bilangan tingkat penularan dari virus baru, herd immunity tidak akan pernah dicapai sebelum 100 persen, tapi kita sudah di angka setinggi itu," jelasnya.
Epidemiolog Unair Windhu Purnomo. Foto: Dok: Pribadi
Oleh sebab itu, sebagai pakar dia turut merekomendasikan untuk diperbolehkan mudik pada lebaran 2022. Menurut Windhu, mengacu pada data COVID-19 saat ini strategi pemerintah tidak harus melakukan pengetatan aktivitas maupun mobilitas dengan capaian kekebalan yang teruji.
ADVERTISEMENT
Windhu mengatakan, masyarakat yang beraktivitas dan bepergian dengan aman adalah yang sudah vaksinasi dan menggunakan masker. Dua hal tersebut terbukti meminimalisasi penularan dan kasus hospitalisasi hingga kematian.
"Tahun 2021 vaksinasi menjelang lebaran di bawah 10%, sekarang sudah mencapai 75 persen, jadi mari isi gap itu dengan segera vaksin dan prokes ketat," tandasnya.