Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Erwin Moeslimin: Jokowi Harus Rangkul Rizieq
28 Mei 2018 16:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Seketika setelah potret pertemuan antara Habib Rizieq Syihab dengan anggota politikus PDIP Erwin Moeslimin Singajuru tersebar, berbagai spekulasi berkembang. Dalam foto yang viral di media sosial April itu, Erwin tampak sedang bercengkerama sembari lesehan di lantai bersama sang Imam Besar FPI.
ADVERTISEMENT
Potret itu cukup mengejutkan, mengingat ketegangan yang kerap terjadi antara PDIP selaku partai pemerintah, dengan Rizieq yang konsisten mengkritik pemerintah sebagai oposan.
Hubungan antara keduanya kian memanas saat Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung. Rizieq di kutub penentang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok , sedangkan PDIP di seberangnya sebagai partai pengusung Ahok.
Namun, Erwin mengingat petuah mendiang suami Megawati Soekarnoputri , Taufiq Kiemas. Sosok Taufiq selalu ramah tak hanya pada kawan sekubu, melainkan juga terhadap lawan-lawan politiknya.
“Pak Taufiq Kiemas mengajarkan, kami harus duduk bersama-sama dengan musuh sekali pun,” ujar Erwin.
Ingatan itu membuat Erwin, ditemani Ketua FPI Jakarta Habib Muchsin Alatas, meluangkan waktu bersilaturahmi ke Rizieq Syihab di Mekkah, Arab Saudi. Pada kesempatan itu, menurutnya, tak ada pembicaraan politik atau pesan titipan dari partai maupun Istana.
Bagi Erwin, pertemuannya dengan Rizieq serupa reuni teman lama.
ADVERTISEMENT
“(Saya) sudah kenal (Rizieq) sangat lama, puluhan tahun,” ucap Ketua Bidang Politik Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia itu--organisasi sayap Islam PDIP.
Namun, tetap saja prasangka bermunculan. Dewan Pimpinan Pusat PDIP pun menginstruksikan kepada anggotanya untuk tutup mulut soal pertemuan tersebut.
Ketua DPP Bidang Keagamaan PDIP Hamka Haq menegaskan, pertemuan Erwin-Rizieq adalah urusan personal yang ada sangkut pautnya dengan partai.
Berikut percakapan kumparan bersama Erwin ketika ditemui di kantornya--yang sama dengan kantor pengacara Rizieq, Sugito Atmo Prawiro--di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (9/5).
Dalam rangka apa Anda mengunjungi Habib Rizieq?
Itu kunjungan pribadi saya saja. Silaturahmi. Cuma karena saya dari PDI Perjuangan, jadi ramai. PDI Perjuangan kan termasuk banyak dikritik sama Habib Rizieq.
ADVERTISEMENT
Waktu itu (di Pilkada DKI Jakarta 2017) PDI Perjuangan dukung Ahok, Habib Rizieq tidak mendukung Ahok. Jadi dia (Rizieq) otomatis bukan tidak setuju dengan PDIP atau orang-orangnya, tapi tidak setuju dengan dukungannya. Itu saja.
Buktinya, dulu kan Habib Rizieq dekat sama Pak Taufiq Kiemas. Sama-sama menjalankan sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, NKRI).
Pak Taufiq Kiemas itu mengajarkan, dengan musuh sekali pun harus duduk sama-sama. Apa yang dilakukan Pak Taufiq Kiemas itu kan politik merangkul, sehingga didukung.
Kalau politik konfrontatif, bisa anarki malah. Coba kalau pemerintah waktu Aksi 212 bertindak konfrontasi, atau ada provokator dan terpengaruh, enggak terbayangkan Jakarta mau jadi apa. Lautan api, entah apa.
Sejak kapan Anda mengenal Rizieq?
ADVERTISEMENT
Dari tahun 2000-an kenal, semakin lama semakin dekat.
Bagaimana bisa bertemu Rizieq di Mekkah?
Waktu itu ngomong-ngomong bertiga sama Habib Muchsin, Ketua FPI DKI Jakarta. Saya ketemu lewat dia, Habib Muchsin. Dia tangan kanan Habib Rizieq itu.
Mengobrol soal apa saja?
Semua diomongin. Enggak ada omong, “Saya dikriminalisasi.” Dia itu kan paham, ini kunjungan silahturahim aja. Enggak ada ngomong politik.
Apa Rizieq berniat pulang untuk mengurusi kasus-kasusnya?
Iya, harusnya begitu (pulang). Bisa jadi potensi dipolitisasi, dikriminalisasi itu tinggi. Karena UU-nya sendiri memberi ruang untuk kriminalisasi.
Masyarakat kita juga kan tidak semua punya keberanian untuk mengajukan praperadilan. Misalnya Habib Rizieq, bisa saja dia ajukan praperadilan. Tapi kalau sudah di-setting untuk kriminalisasi, kan mana bisa menang?
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya: apakah Habib Rizieq atau yang lain yang dijadikan tersangka itu percaya dengan lembaga peradilan kita? Mereka nggak percaya.
Mereka tidak percaya pada hakim, orang hakim bisa disogok. Hakim juga bisa berkongkalikong dengan jaksa dan polisi. Karena ketidakpercayaan itu, maka orang tidak percaya dengan sistem penegakan hukum.
Rizieq jadi terkesan lari?
Belum tentu. Belum tentu dia kabur. Dulu banyak tokoh-tokoh yang begitu (pergi ke luar negeri) juga karena kasus politik. Kan ini kriminalisasi. Seolah-olah ada (masalah) hukum, seolah-olah ada kasus. Padahal dibuat-buat.
Sekarang coba kaji betul, chat itu masuk pornografi nggak? Yang masuk pornografi itu gambar. Orang ini cuma percakapan saja kok.
ADVERTISEMENT
Chat yang dimaksud Erwin ialah percakapan bernuansa mesum disertai gambar-gambar tak senonoh, yang disebut terjadi antara Rizieq Syihab dan Firza Husein. Kasus yang muncul pada akhir Januari 2017 ini membuat Rizieq dan Firza ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya.
Polisi, berdasarkan keterangan saksi ahli, menyatakan chat tersebut asli, sedangkan Rizieq menyebutnya rekayasa otoritas berkuasa sebagai bagian dari pembunuhan karakter terhadapnya.
PDIP melihat silaturahmi dengan Rizieq ini penting?
Enggak tahu. Kalau untuk saya, penting.
Bagi Jokowi, apakah silaturahmi ini penting?
Menurut saya, kan dia sudah lakukan (pertemuan dengan tokoh Alumni 212) kemarin di Bogor. Berarti penting.
Ada instruksi dari pemerintah agar Anda menemui Rizieq?
Enggak ada. Banyak yang pro-kontra. Tapi banyak yang lebih suka (saya bertemu Rizieq) ketimbang yang enggak suka. Kalau orang yang enggak suka itu berarti orang yang akal sehatnya enggak jalan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan orang-orang dekat Jokowi? Ada yang ke sana?
Enggak tahu. Saya enggak tahu kalau yang diam-diam. Saya bukan orang ring 1 (Jokowi).
Apakah massa 212 seharusnya dirangkul?
Iya dong, mesti dirangkul semua. Kemarin kan sudah diajukan (pada pertemuan) di Bogor itu. Bagian dari politik merangkul, akomodir semua. Kan dia (massa 212) warga negara juga. Semua warga negara harus dirangkul supaya dia (Jokowi) terpilihnya signifikan.
Saya kan penasihat Baitul Muslimin. Kalau di Baitul Muslimin, saya bicara begitu (rangkul semua kelompok).
Kalau di DPP (PDIP), saya bukan pengurus. Tapi pahamlah pesan moral saya masuk di situ. Bukan hanya untuk internal PDIP, tapi untuk seluruh anak bangsa yang peduli terhadap kemaslahatan bangsa ini. Yang peduli agar NKRI tetap bersatu.
ADVERTISEMENT
Sikap Megawati bagaimana?
Saya tahulah Bu Mega pasti sama menginginkan begini (guyub), bukan menginginkan perpecahan. Menginginkan yang sesuai dengan pilar kebangsaan itu.
Semua orang yang pikirannya waras, hati nuraninya bagus, samalah motivasinya seperti itu.
Cuma kan ada yang tahu bagaimana mengimplemetasikannya, (ada yang tidak). Kebetulan saya kenal dekat dengan Habib Rizieq, jadi saya kunjungi.
Tak ada instruksi dari Jokowi sama sekali?
Nggak ada Jokowi nyuruh-nyuruh begitu. Itu mah insting politik saya saja sebagai politisi.
Menurut Anda, pertemuan dengan Rizieq akan berpengaruh buat PDIP?
Ada pengaruhnya.
Pertemuan dengan Rizieq itu juga akan berdampak pada elektabilitas Jokowi?
ADVERTISEMENT
Ya, untuk Pak Jokowi juga ada (dampaknya). Bahwa (pertemuan) itu untuk Pak Jokowi, ya tentu dong. Saya kan dari partai pendukung (pemerintah). Saya punya keyakinan seperti itu.
Untuk PDIP, insya Allah ya ada juga pengaruhnya. Karena PDIP ini kan lagi dihajar. Dihajar (disebut) anti-Islam, dihajar ada PKI-lah di situ, dihajar juga macam-macam fitnah yang lain, disebut sarangnya kristenisasilah.
Suka nggak suka, pengaruh Habib Rizieq dengan massa 212-nya itu pasti ada. Oleh karena itu, makanya perlu pendekatan-pendekatan.
------------------------
Ikuti rangkaian kisah Menjinakkan Rizieq di Liputan Khusus kumparan.