Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Warga Palestina berusia 9 tahun, Mahmoud Youssef Ajjour masih bermimpi menjadi pilot suatu hari nanti, meskipun kedua tangannya harus diamputasi karena terkena serangan roket Israel.
Di sebuah apartemen kecil di Doha , ibu kota negara Teluk Arab yang kaya, ibu Ajjour perlahan-lahan membantunya mengenakan seragam sebelum berangkat sekolah. Ajjour bersama kedua orang tuanya merupakan warga Palestina yang dievakuasi ke Qatar.
Ajjour mengatakan, roket Israel menghantam saat ia berjalan meninggalkan rumahnya di Gaza bersama kedua orang tuanya pada Desember 2023.
"Saya tergeletak di tanah, saya tidak tahu apa yang menimpa saya, saya tidak tahu bahwa saya kehilangan lengan saya," kata Ajjour.
Ajjour dioperasi di Gaza dengan pembiusan (anestesi) terbatas, terbangun dari operasi dengan rasa sakit yang hebat dan lengannya telah hilang.
Namun, ia termasuk orang yang beruntung, yang berhasil lolos dari wilayah yang hancur, tempat banyak rumah sakit dan dokter mengatakan sering kali harus melakukan operasi tanpa bius dan obat penghilang rasa sakit.
Qatar merupakan negara yang menerima warga Gaza yang terluka untuk dirawat, di tengah upaya mediasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Ajjour kini merindukan Gaza yang semarak sebelum terjadi perang, meskipun kemiskinan dan pengangguran tinggi di tempat yang dulunya merupakan salah satu tempat terpadat di dunia.
"Saya ingin Gaza menjadi indah kembali," kata Ajjour.
Kini, Ajjour mengenyam pendidikan di Sekolah Palestina yang telah lama berdiri di Qatar. Ia duduk bersama teman-teman sekelasnya, menulis dan menjawab pertanyaan dari guru.
Dengan suara lantang, Ajjour masih memendam keyakinan akan mencoba segalanya untuk menggapai cita-citanya.
"Saya akan menjadi pilot, dan saya akan bermain sepak bola dengan teman-teman saya," ujar Ajjour.