Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Fahri Hamzah: Anies Perlu Refleksi, Imbas Sistem Tiket, Popularitas Tak Berguna
12 Agustus 2024 16:05 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Waketum Partai Gelora, Fahri Hamzah, ikut menanggapi nasib Anies Baswedan yang terancam gagal maju di Pilgub Jakarta 2024. Anies sejauh ini sudah mendapat dukungan dari PKB Jakarta, PKS dan NasDem.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, belakangan muncul isu tiga parpol ini akan meninggalkan Anies. Bahkan hubungan Anies dan PKS mulai renggang.
Fahri Hamzah mengatakan, berkaca dari kasus ini, Anies perlu introspeksi. Ia tak menampik Anies memiliki elektabilitas yang mumpuni jika maju Pilgub Jakarta.
Namun eks politikus PKS ini meningkatkan Pilkada menggunakan sistem tiket dari parpol. Minimal jika ingin maju Jakarta, harus mendapat 22 kursi di DPRD Jakarta.
Anies baru mendapat 18 kursi dari PKS. Sebab NasDem belum memberikan surat rekomendasi, begitu juga dengan DPP PKB.
"Nah saya bilang ini perlu introspeksilah, perlu refleksi. Dan saya sudah bilang juga kan terkait Bung Anies Baswedan itu juga perlu refleksi, perlu introspeksi," kata Fahri kepada wartawan di Jakarta, Senin (12/8).
ADVERTISEMENT
Eks Wakil Ketua DPR ini memahami peta politik di Pilgub Jakarta sangat kompleks. Ia berpandangan masalah popularitas pada akhirnya tidak akan dipertimbangkan melihat dinamika saat ini.
"Karena pada dasarnya itu tiket itulah yang menentukan dan sumber tiket ini kan tidak mempertimbangkan popularitas pada akhirnya gitu. Ada waktunya dipertimbangkan, ada waktunya tidak dipertimbangkan," ucap Fahri.
"Kalau dugaan saya dalam kerangka DKI popularitas tidak akan dipertimbangkan," tutur dia.
Gelora Juga Perlu Refleksi
Fahri mengatakan, refleksi ini juga tidak harus dilakukan oleh Anies. Partainya, Gelora, menurutnya juga perlu refleksi karena pernah menjadi korban sistem politik yang berlaku saat ini.
"Nah sehingga saya kira ini perlu refleksi lah ya, karena kita di Gelora seperti jadi korban juga, karena terlalu kerasnya dan derasnya klaim keumatan selama ini yang menyebabkan kita sendiri jadi agak berkurang keumatan kita gitu lho," tutur Fahri.
ADVERTISEMENT