Fatwa MUI: Salam Berisi Doa Khusus Agama Lain Haram

31 Mei 2024 15:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Prof. Dr. KH Asrorun Niam Sholeh menjadi narasumber di Muktamar Lembaga Fatwa Dunia di Kairo, Mesir. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Prof. Dr. KH Asrorun Niam Sholeh menjadi narasumber di Muktamar Lembaga Fatwa Dunia di Kairo, Mesir. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ijtima Komisi Fatwa MUI menelurkan sejumlah fatwa terkait salam lintas agama. Ketua Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Soleh menyebut hal ini tidak bisa semata-mata mengedepankan toleransi tapi mengenyampingkan akidah.
ADVERTISEMENT
Niam menjelaskan, penggabungan ajaran berbagai agama termasuk pengucapan salam dengan menyertakan salam berbagai agama dengan alasan toleransi dan/atau moderasi beragama bukanlah makna toleransi yang dibenarkan.
"Dalam Islam, pengucapan salam merupakan doa yang bersifat ubudiah, karenanya harus mengikuti ketentuan syariat Islam dan tidak boleh dicampuradukkan dengan ucapan salam dari agama lain," kata dia dalam keterangannya, Jumat (31/5).
"Pengucapan salam yang berdimensi doa khusus agama lain oleh umat Islam hukumnya haram," imbuhnya.
Prof KH Asrorun Ni'am Sholeh menyampaikan bahwa Ijtima Ulama Komisi Fatwa VIII di Bangbel, Kamis (30/5/2024). Foto: Dok MUI
Kata dia, pengucapan salam dengan cara menyertakan salam berbagai agama bukan merupakan implementasi dari toleransi dan/atau moderasi beragama yang dibenarkan.
"Dalam forum yang terdiri atas umat Islam dan umat beragama lain, umat Islam dibolehkan mengucapkan salam dengan Assalamu’alaikum dan/atau salam nasional atau salam lainnya yang tidak mencampuradukkan dengan salam doa agama lain, seperti selamat pagi," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Acara Ijtima Ulama ini diikuti oleh 654 peserta dari unsur pimpinan lembaga fatwa Ormas Islam Tingkat Pusat, pimpinan Komisi Fatwa MUI se-Indonesia, pimpinan pesantren tinggi ilmu-ilmu fikih, pimpinan fakultas Syariah perguruan tinggi ke-Islaman, perwakilan lembaga fatwa negara ASEAN dan Timur Tengah seperti Malaysia dan Qatar, individu cendekiawan muslim dan ahli hukum Islam, serta para peneliti sebagai peninjau.
Acara ini dibuka oleh Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. Hadir memberikan materi pengayaan terkait tema pembahasan Ijtima antara lain Ketua BAZNAS Prof Noor Ahmad, Kepala BPKH Fadlul Imansyah, Dirjen Pengelolaan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama RI Prof Hilman Latief, Staf Ahli Menteri Luar Negeri RI Bidang Hubungan Antar Lembaga Muhsin Syihab, Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 KH Jusuf Kalla serta Ketua Umum KADIN Arsjad Rasjid.
ADVERTISEMENT