Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Ferdinand Marcos Jr: Nilai Saya Bukan dari Nenek Moyang, tapi Tindakan Saya
10 Mei 2022 20:22 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Anak seorang eks diktator dan presiden terpilih Filipina Ferdinand Marcos Jr. pada Selasa (10/5/2022) meminta publik untuk menilai kinerjanya jika nanti menjadi presiden, bukan dari sejarah keluarganya di masa lalu.
ADVERTISEMENT
"Nilai saya bukan dari nenek moyang saya, tetapi dengan tindakan saya," kata Marcos dalam sebuah pernyataan yang disampaikan oleh juru bicaranya Vic Rodriguez, dikutip dari Reuters.
Ferdinand Marcos Jr, atau lebih akrab dikenal sebagai Bongbong itu menjadi kandidat pertama dalam sejarah baru-baru ini yang memenangkan suara mayoritas secara langsung di pemilihan presiden Filipina.
Dari 90 persen suara masuk dari hasil perhitungan pada Senin (9/5/2022), Bongbong mendapat 30 juta suara dukungan. Jumlah itu dua kali lipat dibanding penantang terdekatnya yaitu Wakil Presiden Filipina saat ini, Leni Roberdo.
Meski belum perhitungan secara resmi, hampir dipastikan Bongbong akan menjadi Presiden Filipina terbaru menggantikan Rodrigo Duterte. Bongbong sendiri saat mengetahui ia unggul jauh, masih menolak mengeklaim kemenangannya.
ADVERTISEMENT
Di hadapan para pendukungnya, Marcos Jr menyatakan perhitungan belum usai. "Tunggu sampai semua jelas, sampai perhitungan mencapai 100 persen baru kita bisa merayakan," ucap Marcos Jr seperti dikutip dari AFP.
Hasil resmi perhitungan suara direncanakan akan diputuskan pada akhir bulan ini.
Anak Sang Diktator Keji Filipina yang Memulihkan Nama Keluarga
Bongbong adalah putra mantan diktator Filipina, Ferdinand Marcos Sr. Sejak kecil Bongbong disiapkan menjadi presiden Filipina selanjutnya.
Meski demikian, sang ayah Marcos Sr sempat ragu memberikan 'tahta' kepada Bongbong. Salah satu tulisan buku harian ayahnya dari 1972 mengungkapkan kekhawatiran keluarga tentang dirinya. Marcos menuliskan ia mengaku khawatir dengan kepribadian Bongbong yang terlalu bebas dan malas.
Hingga tahun 1986, ayah Bongbong, Ferdinand Marcos Sr. memerintah negara dengan tangan besi selama dua dekade. Kepemimpinan Marcos ditandai dengan krisis ekonomi, pengangguran tinggi, dan kemiskinan yang melumpuhkan Filipina.
ADVERTISEMENT
Penangkapan sewenang-wenang, penghilangan, dan dugaan penyiksaan terhadap orang-orang yang dipandang sebagai pembangkang selama pemerintahannya pun memicu pemberontakan massal. Pemberontakan ini dikenal sebagai Revolusi Kekuatan Rakyat.
Kala itu, jutaan orang turun ke jalan dan menyerbu Istana Kepresidenan.
Di sana, kaum revolusioner menemukan potret keluarga yang fantastis, bak mandi jacuzzi berlapis emas, 15 mantel bulu, 508 gaun couture, dan koleksi lebih dari 3.000 pasang sepatu desainer nyonya Marcos.
Marcos pun digulingkan dari jabatannya dan melarikan diri bersama keluarganya.
Kini, Bongbong telah memulihkan nama keluarga saat meraih kemenangan telak pada pilpres Filipina. Popularitas klan Marcos bangkit dari abu berkat kampanye cerdik yang secara hati-hati telah menulis ulang sejarah, mengaburkan fiksi dan fakta melalui media sosial.
ADVERTISEMENT
Keengganan Marcos Jr. untuk mengakui sejarah brutal keluarganya telah membuat sebagian orang khawatir dia hanya akan meneruskan warisan tersebut.