Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Filipina Tangkap Pendeta yang Diburu AS Akibat TPPO Anak
9 September 2024 14:27 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Aparat keamanan Filipina menangkap pendeta yang dicari Amerika Serikat (AS) akibat terlibat perdagangan anak untuk seks. Penangkapan Apollo Quiboloy terwujud usai dua pekan perburuan besar dilakukan polisi Filipina.
ADVERTISEMENT
Quiboloy merupakan pemuka agama yang kontroversial di Filipina. Memimpin gereja Kerajaan Yesus Kristus dengan jutaan jemaat, dia mengeklaim sebagai anak yang ditunjuk Tuhan.
Pada 2021 Kementerian Hukum AS mendakwa dengan pasal perdagangan anak perempuan dan wanita berusia 12 sampai 25 tahun. Mereka awalnya dipekerjakan sebagai asisten dari Quiboloy. Saat bekerja, wanita-wanita dipaksa berhubungan badan dengan Quiboloy.
Juru bicara Kepolisian Filipina Jean Fajardo pada Minggu (8/9) mengatakan, selain Quiboloy empat orang pengikutnya juga ditangkap di Davao. Mereka berhasil ditangkap setelah negosiasi alot antara polisi dan militer dengan pengikut Quiboloy.
"Siang ini mereka negosiasi penyerahan diri dengan damai usai kami memberikan ultimatum selama 24 jam," kata Fajardo seperti dikutip dari Reuters.
"Empat jam sesudahnya Quiboloy dan empat orang anggota sektenya diterbangkan ke Manila memakai pesawat militer, di sana dia akan ditahan dan disidang atas kasus pelecehan anak, pelecehan seksual dan perdagangan manusia," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Apollo Quiboloy juga dicari AS atas kasus penyelundupan uang tunai dalam jumlah besar ke negaranya. Penyelundupan dilakukan lewat skema membawa anggota gereja ke AS memakai visa ilegal.
Menurut FBI, para anggota gereja dipaksa memberikan sumbangan ke badan amal palsu. Kemudian sumbangan dipakai untuk biaya operasional gereja serta gaya hidup mewah pemimpinnya termasuk Apollo Quiboloy.
Terkait penangkapan Apollo Quiboloy Kementerian Luar Negeri AS maupun Kedubes AS di Filipina belum memberikan keterangan. Belum diketahui pula apakah mereka mengajukan ekstradisi ke Filipina atau tidak.