Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Gazalba Temukan Permata di Kebun: Semua Bisa Terjadi, Timnas Kalahkan Argentina
17 September 2024 21:32 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Hakim Agung Gazalba Saleh memberikan penjelasan terkait penemuan batu permata di salah satu kebun di Sydney, Australia . Penemuan permata ini sempat dipertanyakan jaksa dalam persidangan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Mulanya, Gazalba mengaku pernah tinggal dan bekerja di perkebunan Australia pada 1992-1993. Dalam periode itu, ketika bekerja, ia menemukan sebuah batu permata berwarna merah muda.
"Saya kemudian melaporkan kepada bos saya, dan setelah bos saya melihat sejenak, lalu mengembalikan lagi ke saya dan mengatakan bahwa, 'karena kamu yang menemukan, maka kamu bisa simpan sendiri dan itu kepunyaan kamu'" kata Gazalba saat membacakan pledoi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (17/9).
Penjelasan ini sengaja disampaikan Gazalba merespons pernyataan jaksa dalam tuntutannya yang menyatakan bahwa temuan batu permata di kebun merupakan hal yang tak mungkin.
"Saya jawab bahwa, penemuan itu tidak mustahil, dan di dunia ini semuanya bisa terjadi. Di perkebunan, di perkantoran, di pusat keramaian, di lahan peternakan domba, dan lain-lain," ujar Gazalba.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian mengutip salah satu pemberitaan tentang ditemukannya batu permata di salah satu lahan peternakan di Australia.
Tak hanya itu, Gazalba juga mengambil contoh Timnas Indonesia U-20 yang pernah mengalahkan Timnas Argentina U-20 dalam ajang Seoul Earth On Us Cup 2024 pada Rabu (28/8). Mencoba meyakinkan hakim, bahwa alasannya bukan hal yang mustahil.
"Kesebelasan Indonesia bisa mengalahkan Argentina, sesuatu yang mustahil menurut banyak orang, karena Argentina berapa kali masuk final dan juara dunia, namun kenyataannya Indonesia bisa menang 2-1," ungkap Gazalba.
Ia kemudian melanjutkan ceritanya. Setelah bekerja di Australia, Gazalba pulang ke Indonesia dengan membawa batu permata tersebut. Permata itu sudah diikat di sebuah cincin.
Gazalba pun sempat mencoba menjual permata itu ke salah toko di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, pada 1995 silam. Namun harga yang ditawarkan terlalu rendah, niatnya urung dilakukan.
ADVERTISEMENT
Keberadaan permata itu terus disembunyikan oleh Gazalba hingga Juli 2010. Kala itu, ia bersama keluarga pergi ke Singapura. Di sana, Gazalba kembali mencoba menjual batu permata tersebut.
"Saya coba ke toko perhiasan, orang toko sempat menanyakan sertifikatnya, lalu saya bilang, 'ini batu permata saya temukan, jadi tidak ada sertifikatnya'. Dia bilang, 'tidak apa-apa kalau tidak ada'," jelas Gazalba.
"Setelah orang toko memeriksa dengan teliti batu permata tersebut, lalu orang tersebut mengatakan, 'Kalau dijual seharga Rp 75 ribu dolar Singapura, saya berani beli'," sambung dia.
Gazalba pun menyempatkan diri untuk mengkonversikan nilai jual permata itu ke dalam Rupiah. Pada kurs saat itu, permata tersebut berhasil terjual dengan harga Rp 400 juta.
ADVERTISEMENT
"Saya kaget dengan harga tersebut, sebab dibandingkan dengan harga di Indonesia sangat jauh sekali. Saya kemudian memutuskan untuk melepaskan sesuai dengan harga yang dikatakan tadi," ujar Gazalba.
Gazalba mengeklaim, saat itu toko yang membeli permatanya tak punya cukup uang dengan mata uang Dollar Singapura, maka pembayaran dilakukan dengan dua mata uang.
"Saya dibayar dengan menggunakan mata uang Singapura, namun karena toko tersebut kekurangan uang tunai, maka saya dibayar dengan USD Dolar yakni SGD 50 ribu dan USD 18.300," ujar Gazalba.
"Hasil penjualan batu permata tersebut saya simpan dan tidak pernah saya berita tahu kepada siapa pun," tutur dia.