Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, dalam penjelasannya, Selasa (7/7), Gempa Jepara pada pukul 05.54 WIB itu adalah gempa tektonik.
"Episenter gempa terletak pada koordinat 5.77 LS dan 110.64 BT , atau tepatnya berlokasi di Laut Jawa pada jarak 85 km arah Utara Mlonggo, Jepara, Jawa Tengah pada kedalaman 539 km," jelas dia.
Daryono melanjutkan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Jepara yang terjadi merupakan jenis gempa dalam akibat adanya deformasi atau penyesaran pada lempeng yang tersubduksi di bawah Laut Jawa.
"Gempa dalam semacam ini disebut sebagai 'Deep focus earthquake' di mana slab lempeng Indo-Australia yang sudah menunjam dan menukik di bawah Laut Jawa sudah menggantung kemudian putus karena adanya tarikan gaya gravitasi atau proses lempeng yang mulai "menggulung balik" (roll back)," bebernya.
ADVERTISEMENT
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan turun (Normal Fault) akibat tarikan lempeng ke bawah," tambah dia.
Guncangan gempa Jepara ini dirasakan di wilayah sangat luas hampir sebagian besar wilayah Pulau Jawa, Bali, Lombok dan Sumatra bagian selatan seperti daerah Karangkates, Nganjuk, Yogyakarta, Purworejo, Kuta dan Mataram, Denpasar dan Kebumen, Banjarnegara, Pangandaran, Karangasem, Lombok Barat, Garut, Boyolali, Krui, Sekincau, Semaka dan Gianyar Bali.
Menurut Daryono, hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.
"Gempa 'deep focus' Laut Jawa ini lebih dirasakan di Pulau Jawa bagian selatan dari pada di pantura Jawa karena gelombang seismik merambat melalui slab lempeng," beber dia.
***
ADVERTISEMENT
Saksikan video menarik di bawah ini: