Geng Narkoba Berperang, Kantong Plastik Berisi Mayat Bermunculan di Kolombia

17 September 2022 16:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pembunuhan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembunuhan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Organisasi-organisasi kriminal asal Venezuela yang bersaing kian menabur teror di Kolombia. Perang antara penyelundup narkoba telah menyisakan mayat-mayat berbungkus plastik di jalanan di Bogota.
ADVERTISEMENT
Kolombia telah menyaksikan pengeboman oleh gembong narkoba Pablo Escobar sebelum kematiannya pada 1993. Negara itu turut mengarungi pembantaian oleh gerilyawan sayap kiri dan organisasi paramiliter sayap kanan pula sepanjang sejarahnya.
Kendati demikian, kengerian itu tidak bisa membandingi kantong-kantong berisikan mayat yang sebagiannya terpotong-potong. Sejak awal tahun ini, 23 mayat berbungkus plastik ditemukan di Bogota.
Jejak berdarah tersebut bahkan mengarahkan penyelidikan pada delapan distrik di kota itu.
"Ini adalah pembunuhan-pembunuhan brutal dengan pencekikan, senjata api atau juga dengan pisau dan kekejaman mendalam," terang Menteri Keamanan Daerah Bogota, Anibal Fernandez de Soto, dikutip dari AFP, Sabtu (17/9).
Otoritas meyakini, kekerasan itu melibatkan Tren de Aragua dan Los Maracuchos. Kedua organisasi kriminal tersebut dibentuk di Venezuela. Mereka mengedarkan narkoba dan memeras bisnis lokal.
ADVERTISEMENT
Pihak berwenang menduga adanya kelompok ketiga yang belum dikonfirmasi. Media Kolombia, El Tiempo, meyakini adanya keterlibatan kelompok mafia dengan koneksi dengan kartel Sinaloa.
Bogota memang dilanda oleh kejahatan terorganisir. Namun, kota tersebut terhindar dari konflik yang mencekik negara selama beberapa dekade terakhir. Fernandez de Soto memprediksi, perang yang berkecamuk di wilayah itu akan mengalami eskalasi.
Kartel Sinaloa. Foto: AFP/LUIS ACOSTA
"23 kasus mengerikan yang telah kita lihat, pembunuhan di mana mayat ditemukan dalam kantong, terkait dengan perselisihan antara kelompok-kelompok kriminal yang berjuang untuk menguasai pendapatan gelap," ujar Fernandez de Soto.
Fernandez de Soto mengatakan, para korban adalah anggota geng saingan. Mayoritas dari korban itu memiliki catatan kepolisian pula.
Mutilasi mayat-mayat mereka adalah aspek yang paling mengejutkan warga setempat. Sejak awal September, empat mayat muncul dalam keadaan terpotong-potong untuk pertama kalinya. Polisi bahkan mengonfirmasikan adanya ruang-ruang penyiksaan di Bogota.
ADVERTISEMENT
Fasilitas semacam itu sebelumnya telah ditemukan di daerah-daerah terpencil di Kolombia. Klan-klan penyelundup narkoba telah mencengkeram wilayah-wilayah tersebut.
"Mereka mengintimidasi [saingan] melalui modus operandi yang mengerikan," ungkap Fernandez de Soto.
Investigasi menunjukkan, seratus organisasi kejahatan tengah beroperasi di Bogota. Dari keseluruhan kelompok itu, setidaknya empat struktur ilegal berasal dari Venezuela.
Pihak berwenang telah mencurigai kehadiran Tren de Aragua di ibu kota sejak 2021. Seperempat dari 1,8 juta migran asal Venezuela tinggal di Bogota. Sebelum mencapai jantung negara, Tren de Aragua menyeberangi perbatasan ke Departemen Norte de Santander.
Seorang migran Venezuela berdiri di luar tenda sebuah kemah kemanusiaan yang menampung pengungsi dari Venezuela, di Bogota, Kolombia. Foto: AFP/Raul ARBOLEDA
Pihaknya sempat mengalami bentrokan dengan gerilyawan Marxis-Leninis dari Tentara Pembebasan Nasional (ELN). Geng tersebut lalu mengendalikan wilayah sekitar perbatasan.
Direktur InSight Crime, Jeremy McDermott, mengatakan bahwa mereka membebankan biaya kepada orang-orang Venezuela yang menyeberang melalui rute ilegal menuju Kolombia.
ADVERTISEMENT
Mengeksploitasi migran yang rentan, mereka terus memungut 'biaya perlindungan'. Organisasi kriminal itu lalu menyebar ke seluruh Kolombia, hingga membentuk jaringan di Panama dan Chile. Mereka kemudian dilaporkan tiba pula di Brasil, Ekuador, dan Peru.
Kolombia mengaitkan Tren de Aragua dengan Pasukan Revolusioner Bersenjata Kolombia (FARC). Kelompok tersebut adalah gerakan gerilya terbesar di Kolombia sebelum mereka menandatangani kesepakatan damai pada 2016 dan membentuk Partai Commons.
Sementara itu, Los Maracuchos tidak memiliki dikenal luas seperti Tren de Aragua. Namun, organisasi tersebut telah lebih lama berada di Kolombia dengan menjalankan operasi sejak 2019.
Penyelidik Peace and Reconciliation Foundation (PARES), Isaac Morales, menjelaskan bahwa Los Maracuchos mempertahankan pusat operasi dari penjara-penjara di Venezuela.
Wali Kota Bogota, Claudia Lopez, mengungkap penemuan serupa. Dia mengatakan, para pemimpin Tren de Aragua—Nino Guerrero dan Giovanny—menjalankan organisasi dari sebuah penjara di Venezuela.
ADVERTISEMENT
Polisi Kolombia telah menangkap sepuluh anggota mereka sejauh ini. Pihaknya meminta bantuan Interpol untuk mengincar lima lagi yang melarikan diri ke Venezuela. Penangkapan itu terjadi setelah Presiden Kolombia, Gustavo Petro, memulihkan hubungan diplomatik kedua negara.