Haedar Nashir: Pandangan Agama Musuh Terbesar Pancasila Sudah Kuno

5 Desember 2024 8:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (18/11/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (18/11/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan pidato iftitah sebagai pembukaan sidang tanwir Muhammadiyah di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (5/12) malam.
ADVERTISEMENT
Dalam pidatonya, Haedar menyoroti beberapa isu yang terjadi di Indonesia. Salah satunya paham yang menyebut bahwa agama adalah musuh terbesar Pancasila.
“Seperti menyatakan bahwa agama adalah musuh terbesar Pancasila sebenarnya itu sudah kuno ya,” kata Haedar dalam pidatonya.
Haedar mengkritik pandangan yang mengeklaim sebagai bagian dari neo-modernisme, namun sebenarnya melenceng dari substansi modernisme yang seharusnya mengedepankan rasionalitas dan harmoni.
Sebab menurutnya, gagasan seperti itu tidak lagi relevan di Indonesia di mana agama telah menjadi bagian dari kehidupan sosial, budaya, dan politik. Bahkan menjadi fondasi moral kehidupan bangsa.
“Saya tidak tahu kok itu disebut dengan neo-modernis Jangan-jangan mungkin neo-modernis yang kesasar gitu ya,” katanya.
Ia menekankan bahwa agama adalah kekuatan moral dan spiritual yang selasar dengan Pancasila dan harus dimanfaatkan untuk memperkuat persatuan dan kemajuan bangsa.
ADVERTISEMENT
“Menjadikan agama sebagai kekuatan dan sumber nilai kemajuan Indonesia dan menjadikan agama menjadi bagian dari kepribadian bangsa Indonesia bahkan nilai yang lekat dengan Pancasila,” tuturnya.
Haedar kemudian menyinggung konsep Wasathiyah Islam atau Islam sebagai jalan tengah sebagai bentuk upaya Muhammadiyah menghadirkan pandangan keagamaan yang lebih moderat dan inklusif agar tidak terjebak dalam perbedaan.
Pidato iftitah Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat pembukaan tanwir di Kupang NTT, Rabu (4/12) Foto: Haya Syahira/kumparan
Terdapat tujuh nilai dalam konsep ini yakni Al-I'tidal artinya adil dan tidak memihak, At-Tawazun artinya keseimbangan, yaitu keseimbangan antara agama, bangsa, negara, dan dunia, At-Tasamuh artinya saling menghargai dan menghormati, As-Syura artinya membicarakan masalah secara bersama-sama atau musyawarah, Al-Islah artinya melakukan perbaikan, yaitu memperbaiki kerusakan dalam tatanan kehidupan, Al-Qudwah artinya pelopor atau mengambil inisiatif serta Al-Muwatonah artinya kewarganegaraan, yaitu mengakui negara dan membangunnya.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana tujuh nilai yang terkandung dalam Wasatiyatul Islam itu Itu menjadi platform bersama seluruh kekuatan Islam dan kekuatan agama di Indonesia tanpa masuk pada dimensi yang bersifat ikhtilaf (perpecahan),” pungkasnya.