Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Happy hypoxia terjadi karena ada kejadian hypoxia yang tak disadari, yaitu kurangnya oksigen dalam darah. Mestinya kalau kurang oksigen dalam darah, maka orang akan sesak dan ada gejalanya, tapi ini tidak terjadi pada beberapa pasien COVID-19.
Saturasi oksigen seseorang yag terkena happy hypoxia biasanya menurun. Namun, seseorang masih bisa berkegiatan karena tak merasa sesak.
Hal ini yang harus diantisipasi dan jangan sampai hilang kesadaran.
Lalu, bagaimana cara mendeteksi dini happy hypoxia?
"Buat teman-teman yang sedang isolasi atau tidak mengalami gejala, untuk mendeteksinya [happy hypoxia] paling oke dengan oxymeter atau pasang monitor," kata dr Twindy Rarasati dalam talkshow Live Corona Update kumparan, Jumat (21/11).
Alat tersebut bisa menghitung berapa kadar oksigen dalam darah kita. Normalnya, 95 persen. Yang sudah parah bisa sampai di bawah 60 persen saturasi oksigennya.
ADVERTISEMENT
Kalau tidak punya alat, dr Twindy punya tips lain. Yakni dengan menghitung napas per menit.
"Kita bisa hitung napas. Kalau kekurangan oksigen dalam tubuh memaksa kita yuk napasnya dinaikkan lagi. Jadi ada kompensasi dari tubuh. Frekuensi bernapasnya pasti lebih cepat. Denyut nadinya juga lebih cepat," urainya.
"Kenapa? Tugas jantung itu memompa darah yang memasok oksigen ke seluruh tubuh. Jadi kalau oksigennya kurang pompanya pas dicepetin supaya oksigennya bisa cepat sampai," tutup dia.