Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Harvard Tunda Pemberian Gelar 13 Mahasiswa yang Demo Kamp Pro-Palestina
10 Juni 2024 18:39 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Keputusan Harvard untuk menunda pemberian gelar kepada 13 mahasiswa hingga 2025 telah memicu kemarahan dan aksi walkout massal saat upacara kelulusan.
ADVERTISEMENT
Lebih dari dua minggu sejak upacara kelulusan Harvard University 2024, Asmer Asrar Safi, masih menunggu gelar yang telah ia perjuangkan selama empat tahun.
Selain Safi, 12 mahasiswa lainnya juga tidak akan menerima gelar mereka setidaknya selama satu tahun.
Dikutip dari Al Jazeera, Harvard Corporation, badan pengurus tertinggi universitas, melarang para mahasiswa ini menerima gelar pada 23 Mei karena keterlibatan mereka dalam kamp pro-Palestina selama tiga minggu di kampus.
Safi, seorang Sarjana Rhodes dan mahasiswa internasional studi sosial, sedang menunggu keputusan bandingnya dan khawatir tentang kelanjutan studinya di Oxford tanpa gelar Harvard.
“Saya adalah seorang Sarjana Rhodes dan sedang berusaha memastikan apakah saya bisa masuk ke University of Oxford mengingat gelar Harvard saya ditunda selama satu tahun, meskipun saya telah memenuhi semua syarat akademik untuk program saya dan telah menyelesaikan persyaratan gelar saya,” katanya kepada Al Jazeera.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Harvard lainnya, Shraddha Joshi, mengungkapkan kebingungannya atas proses banding dan waktu yang tidak pasti. Joshi seharusnya melanjutkan studi di University of Cambridge, namun rencananya kini menjadi tidak pasti.
“Setelah menyelesaikan aplikasi banding di pihak saya, kami sepertinya masih menunggu komunikasi dari universitas. Mahasiswa dan anggota fakultas cukup bingung dengan ketidakjelasan proses dan waktu untuk banding,” ujar Joshi, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Kebebasan Akademik dan Hak Protes
Harvard University terlibat dalam perdebatan sengit tentang kebebasan akademik dan hak untuk protes terkait perang Israel di Gaza. Presiden Harvard, Claudine Gay, mengundurkan diri pada Januari setelah menghadapi tekanan dan tuduhan plagiarisme.
Pada April, mahasiswa di Columbia University memulai kamp protes untuk menuntut divestasi dari perusahaan yang terkait dengan Israel. Gerakan ini meluas ke lebih dari 30 universitas, termasuk Harvard, di mana kamp protes dimulai pada 24 April.
ADVERTISEMENT
Setelah negosiasi dengan koalisi Harvard Out of Occupied Palestine (HOOP), kamp tersebut dibubarkan pada 14 Mei. Harvard setuju untuk memulai proses pemulihan status mahasiswa dan menawarkan pertemuan tentang divestasi.
Namun, meskipun mahasiswa telah memenuhi kesepakatan, universitas tetap mendisiplinkan mereka. Joshi, bukan bagian dari kamp tetapi bertindak sebagai penghubung, tetap diberi status “cuti tidak sukarela”.
Solidaritas Kolektif
Safi telah menjadi mahasiswa pro-Palestina di Harvard sejak 2020. Joshi menambahkan bahwa mereka menghadapi pelecehan dari pengunjuk rasa lawan. Identitas beberapa pengunjuk rasa diposting di media sosial yang menentang protes tersebut.
Safi mengatakan keputusan untuk mendirikan kamp sejalan dengan gerakan protes lainnya di kampus Harvard pada masa lalu, termasuk protes yang menyerukan divestasi dari apartheid Afrika Selatan pada 1980-an, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
“Represi ini, dan ketidakmauan untuk memulai percakapan dari pihak administrasi, yang menyebabkan pendirian kamp tersebut. Namun, kami hanya melihat represi yang semakin buruk sejak didirikannya kamp solidaritas Gaza,” tegas Safi.
“Mahasiswa tidak sekadar memprotes untuk bersenang-senang atau membuat keributan tanpa alasan. Mahasiswa di seluruh Harvard memilih untuk mendirikan kamp hanya ketika semua jalan telah tertutup dan pintu ditutup di hadapan mereka ketika mereka menyebutkan Palestina,” ungkap Joshi.
Pertunjukan solidaritas bagi mereka yang tidak menerima gelar juga ditampilkan pada upacara wisuda.
Pembaca pidato sarjana, Shruthi Kumar, turut menyampaikan dukungan terhadap para wisudawan pro-Palestina dalam pidatonya.
“Saat saya berdiri di sini hari ini, saya harus meluangkan waktu sejenak untuk memberi penghargaan kepada rekan-rekan saya, 13 mahasiswa sarjana angkatan 2024 yang tidak akan lulus hari ini,” kata Kumar di hadapan para pejabat senior administrasi universitas.
ADVERTISEMENT
“Saya sangat kecewa dengan intoleransi terhadap kebebasan berpendapat dan hak pembangkangan sipil di kampus,” tutur mahasiswa jurusan sains dan ekonomi itu.
“Para siswa telah berbicara. Staf pengajar telah berbicara. Harvard, apakah kamu mendengar kami?” tanya Kumar disambut tepuk tangan meriah dan sorakan para wisudawan.
Lebih dari 1.000 mahasiswa, pengajar, dan peserta wisuda melakukan aksi walkout dari acara tersebut. Tiga belas mahasiswa pro-Palestina tersebut diberi penghargaan dalam upacara “kelulusan tiruan” yang berlangsung pada hari berikutnya.