Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Masa kampanye Pemilu serentak 2019 begitu dipenuhi alat peraga kampanye (APK) yang bertebaran di berbagai sudut jalan, tak terkecuali di Kota Bandung.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi setelah kampanye usai, APK seperti spanduk maupun baliho itu terkadang ada yang tidak dibersihkan dan justru terpasang hingga jangka waktu yang lama. Akhirnya APK tersebut justru merusak keindahan kota.
Untuk mengatasi persoalan itu, perusahaan pengolah sampah bernama Parongpong, yang bermarkas di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, menawarkan kepada masyarakat agar membawa spanduk tersebut untuk diolah menjadi kantong sampah multipakai bernama The Trash Bag Project.
Founder Parongpong, Rendy Aditya Wachid, mengatakan perusahaannya mempunyai spesialisasi untuk mengolah sampah residu, bukan organik, ataupun anorganik. Sampah tersebut, kata dia, diolah dengan tujuan agar tidak berakhir dan menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA).
Pengolahan sampah itu, kata Rendy, agar peristiwa TPA Leuwigajah tahun 2005 tidak terulang kembali. Diketahui bencana yang diakibatkan sampah itu menyebabkan 157 orang meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
"Tragedi Leuwigajah tahun 2005 itu bencana sampah terbesar di dunia," kata Rendy saat dihubungi, Sabtu (13/4).
Rendy mengatakan, alasan dipilihnya material spanduk sebagai bahan pembuatan kantong sampah karena bahannya yang tebal, kuat, dan tahan air. Bahan spanduk menurutnya dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama dibandingkan plastik.
"Idenya adalah mencari material alternatif yang lebih kuat. Yang lebih tahan air dan mudah dicari di mana-mana. Dan menjadi bahan multipakai. Karena lagi banyak spanduk bertebaran di Bandung kami mengantisipasi kalau ada yang tidak terangkut," ungkap Rendy.
Lebih lanjut, Rendy mengaku proyek mengolah spanduk itu mendapat atensi tinggi dari masyarakat saat diunggah di akun Instagram @parong.pong.
Rendy menduga, tingginya atensi dari masyarakat disebabkan munculnya kegelisahan melihat sudut kota yang dipenuhi berbagai spanduk.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya pribadi melihat antusiasme tinggi kayanya masyarakat gemas gitu ini kota jadi festival spanduk yang enggak jelas. Jadi kalau pemasangannya saja enggak rapi dan sesuai aturan pasti mereka berasumsi setelah pestanya selesai juga enggak dibersihin," terang Rendy.
Rendy berharap melalui proyek ini bisa membuat masyarakat dan pemerintah tergugah tentang pentingnya mengolah sampah agar tidak berakhir di TPA.
"Kalau biaya pemerintah habis buat biaya ke TPA yang makin jauh dan mahal, pemerintah enggak punya biaya untuk ngasih fasilitas kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. Kita keluar ratusan miliar cuma untuk membuang sampah," ucap Rendy.