Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
IGD Mulai Padat, Bagaimana BOR Rumah Sakit di Jakarta Saat ini?
31 Januari 2022 16:43 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Setelah varian Omicron ditemukan di Indonesia, jumlah keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR ) di rumah sakit rujukan pasien corona di Jakarta melonjak. Bahkan sebagain warga mulai merasakan antrean di IGD rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Mereka harus mencari rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih cepat dan aman. Sebab, menunggu di IGD tentu terlalu lama bisa perpotensi tertular corona bila tak lakukan prokes ketat.
Berdasarkan data dari Kemenkes , per 30 Januari mencapai 52%. Ini merupakan angka tertinggi selama ‘kedatangan’ varian Omicron ke Indonesia.
Tingkat BOR di Jakarta memang masih di bawah 70%. Tapi sudah ada beberapa pasien yang mulai kesulitan mendapat perawatan di rumah sakit.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Lies Dwi Oktavia mengatakan, kepadatan dan antrean pasien tidak terjadi di semua rumah sakit . Sebab, dari data seharusnya masih cukup aman meski sudah dalam kondisi tak baik.
"Mungkin di sebagian rumah sakit yang lebih diminati oleh masyarakat memang terjadi antrean atau beberapa pengaturan yang membutuhkan waktu agar orang bisa masuk ke ruang perawatan," kata Lies saat dihubungi, Senin (31/1).
"Kita lihat keterisian tempat tidur di rumah sakit relatif cukup aman. Bukan baik ya, agak aman tuh meningkat kasusnya, meningkat keterisian tempat tidurnya tapi relatif di range kurang dari 70%. Berarti secara umum kita masih bisa menemukan cukup banyak rumah sakit yang punya tingkat keterisian tempat tidur yang masih longgar," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Data yang dimiliki Dinkes DKI memang sedikit berbeda. Lies mengungkapkan hingga 30 Januari 2022, BOR di rumah sakit di Jakarta mencapai 57%.
Epidemiolog UI Pandu Riono punya pandangan tersendiri terkait ini. Ia mengatakan hal ini disebabkan karena banyak orang yang trauma.
“Nah, sekarang banyak orang masuk rumah sakit karena bukan harus masuk rumah sakit tapi karena takut,” ucap Pandu, Senin (31/1).
Peningkatan jumlah pasien kali ini dikarenakan masyarakat masih belum paham mengenai penanganan awal serta gejala varian Omicron.
Mereka yang bergejala ringan memilih dirawat di RS swasta dengan biaya sendiri. Padahal ahli -- kemudian diikuti pemerintah -- menyarankan perawatan di RS hanya untuk yang bergejala sedang dan berat. Yang ringan cukup isoman 5 hari.
ADVERTISEMENT
“Seakan-akan ada peningkatan perawatan di rumah sakit. Sebenarnya perawatan rumah sakit itu hanya untuk bergejala sedang dan berat,” katanya.
Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan meminta pasien yang OTG dan bergejala ringan untuk tak perlu buru-buru ke rumah sakit. Ia juga telah berkoordinasi dengan pemda soal penanganan isolasi mandiri OTG maupun yang bergejala ringan.
"Langkah ini dilakukan salah satunya sebagai insentif kepada pemda untuk mendorong pasien yang tidak bergejala atau OTG dan bergejala ringan untuk tidak masuk RS. Sehingga asesmen levelnya berada pada kondisi yang cukup baik," kata Luhut dalam konferensi pers yang ditayangkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (31/1).