Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Topik illuminati menjadi perbincangan hangat masyarakat Indonesia. Setidaknya, di Jawa Barat, kala Ustaz Rahmat Baequni menggugat desain Masjid Al-Safar di rest area KM 88 B, Tol Cipularang, karya Ridwan Kamil yang menurutnya banyak terdapat simbol segitiga.
ADVERTISEMENT
Rahmat berpandangan bahwa bentuk segitiga itu identik dengan illuminati. Menurutnya, illuminati adalah kelompok yang menyembah setan. Illuminati juga diidentikkan dengan Dajjal yang dalam kepercayaan agama Islam akan muncul di akhir zaman.
"Dan Dajjal mewujudkan ambisinya lewat kerja zionisme internasional dan mereka menyatu dalam tiga ranah yaitu simbol, ritual, arsitektur," argumen Rahmat.
Lantas, apa sebenarnya illuminati dan bagaimana ideologi mereka?
Illuminati merupakan sebuah ordo atau perserikatan yang diprakarsai oleh seorang filsuf dan mantan pastor Katolik bernama Adam Weishaupt tahun 1776 di Bavaria, Jerman. Pembentukan kelompok ini berawal dari keinginannya untuk menentang dominasi ajaran-ajaran gereja yang saat itu dianggapnya dogmatis.
Weishaupt dan ordo yang dibentuknya bergerak dengan model organisasi rahasia. Menurut penjelasan Vernon L. Stauffer dalam New England and the Bavarian Illuminati (1918), ia sembunyi dari balik misteri atas pengetahuan yang saat itu hanya bersumber dari pastor-pastor gereja.
ADVERTISEMENT
“Di balik tembok pengasingan dan misteri, di mana kebenaran-kebenaran itu, akibat kebodohan dan egoisme para pastor, dilarang dari kursi-kursi pendidikan umum yang mestinya bisa diajarkan dengan penuh kebijaksanaan,” jelas Stauffer.
Ia membuat tatanan pengajaran pengetahuan yang bertujuan untuk menyelamatkan dunia. Berbagai materi yang diajarkan di antaranya terkait kesetaraan dan persaudaraan antarmanusia, sehingga tidak ada pembedaan satu sama lain.
Pengajaran itu juga mencakup pengawasan menyeluruh terhadap naluri, nafsu, pikiran, dan prasangka terhadap orang lain.
“Sebagai hasilnya, hati nuraninya akan sering diperiksa dan kesalahan dalam hidupnya mungkin akan menghasilkan koreksi,” tulis Stauffer.
Para anggota juga dilatih untuk berjuang demi membangun peradaban baru yang tidak biadab dan ganas. Yakni membangun manusia yang menempatkan semua keinginan dan tindakan di bawah kendali akal.
ADVERTISEMENT
“Hal tersebut merupakan babak akhir kehidupan manusia yang tak akan bisa dijamin oleh lembaga sipil maupun agama,” jelas Stauffer.
Asumsinya, transformasi moral akan terjadi bila seluruh manusia mempraktikkan ajaran illuminati ini. Tetapi, konsepsi tatanan ini perlu diseimbangkan dengan ajaran lain yaitu antiklerikalisme atau taklid pada ajaran ahli-ahli agama.
“Pendirinya menyatakan bahwa pada saat gagasan ordo mulai terbentuk, dalam benaknya dia sangat dipengaruhi oleh adanya penganiayaan berupa sentimen tak lazim terhadap orang-orang jujur dari kalangan non-ortodoks sehingga menderita karena pandangan mereka sendiri,” kata Stauffer.
Sentimen itu datang dari kalangan agamawan yang saat itu disebut sebagai musuh dari akal (enemies of reasons). Maka tak heran bila dalam sejumlah buku yang ditulis Adam Weishaupt (pengikut illuminati di era modern dan nama samaran penulis serial buku illuminati), posisi illuminati selalu dijelaskan sebagai penolak agama-agama Abrahamik seperti Islam, Kristen, dan Yahudi.
ADVERTISEMENT
Agama-agama ini dianggap sebagai karya Demiurge. Dia adalah dewa yang lebih rendah, kejam dan jahat yang menipu dirinya sendiri bahwa dia adalah Allah yang benar, dan yang telah menimbulkan kengerian yang tak berkesudahan pada umat manusia.
Salah satu peristiwa yang ditolak oleh illuminati ialah perintah Tuhan terhadap Ibrahim untuk memenggal anaknya sendiri. Menurut Weishaupt, persetujuan untuk membunuh dari Ibrahim ini dianggap sebagai sesuatu yang hebat dan menakjubkan oleh para penganut Abrahamisme.
“Padahal sebenarnya itu harus didefinisikan sebagai tindakan amoral dan kejahatan yang paling utama. Jika membunuh anak laki-laki Anda yang tidak bersalah itu "baik", lalu apa yang sebenarnya disebut "jahat"?” tulis Weishaupt dalam The Illuminati Manifesto.
Berkebalikan dengan ajaran agama Abrahamik, illuminati punya prinsip bahwa setiap orang bisa menjadi Tuhan bagi dirinya sendiri. Singkatnya, manusia bukanlah populasi yang menjadi budak Tuhan.
Dalam buku lain berjudul The Illuminati’s Six Dimensional Universe, Weishaupt menyebut illuminati tak ada urusan dengan kitab suci dan sabda para nabi yang telah mati. Menurutnya seluruh keyakinan berdasarkan pernyataan religik (seperti sabda) ialah absurd dan tak bisa dipercaya.
ADVERTISEMENT
“Kami telah memperkenalkan illuminisme (agama illuminati) sebagai satu aturan berdasarkan pernyataan filosofis, religik, matematis, sekaligus saintifik. Setiap pernyataan yang kami buat bisa dianalisis dan ditentang,” terang Weishaupt.