Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ini Alasan Liz Truss Hanya Seumur Jagung di Kursi PM Inggris
21 Oktober 2022 11:54 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ia resmi menjalani tugas sebagai Perdana Menteri 6 September 2022 lalu. Truss bekerja hanya selama 45 hari dan menjadikannya PM dengan masa jabatan tersingkat dalam sejarah Inggris.
Ada beberapa faktor menyebabkan Truss menyerahkan jabatannya. Dalam pidatonya Truss mengaku gagal menjalankan mandat yang diberikan oleh Partai Konservatif, krisis yang makin memburuk di bawah pemerintahannya, hingga desakan untuk mengundurkan diri menjadi alasan utama di balik keputusan tersebut.
Mandat yang disinggung Truss pada pidato di depan kediaman resmi PM adalah mengatasi krisis ekonomi dan energi yang terjadi di negara tersebut. Terlebih setelah Rusia dan Ukraina yang berperang.
"Saya mulai menjabat pada saat Inggris dihadapkan dengan ketidakstabilan ekonomi dan situasi internasional yang hebat. Banyak keluarga dan pelaku bisnis khawatir bagaimana membayar tagihan," kata Truss seperti dikutip dari Reuters
ADVERTISEMENT
"Perang yang dilakukan (Vladimir) Putin di Ukraina mengancam keamanan seluruh dunia. Dan negara kita sudah terlalu lama tertahan oleh pertumbuhan ekonomi yang rendah," sambung dia.
"Namun saya mengakui, mengingat situasinya, saya tidak dapat menyampaikan mandat di mana saya dipilih oleh Partai Konservatif. Karena itu saya telah berbicara dengan Yang Mulia Raja untuk mengumumkan bahwa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif," tambahnya.
Kebijakan Truss Perburuk Krisis
Ketika baru dilantik, Truss menerima berbagai kritik akibat kebijakan pemangkasan pajak. Truss bersama mantan Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng menyusun kebijakan ‘anggaran mini’ dengan tujuan memberikan stimulus bagi masyarakat yang terdampak krisis. Kebijakan pemangkasan pajak ini sejalan dengan janjinya sebelum dilantik.
AFP melaporkan kebijakan tersebut juga dilakukan berbarengan dengan pembebasan pajak dari beberapa kalangan dan menambah utang Inggris. Truss mengambil kebijakan ini di tengah inflasi sebesar 9 persen yang tengah dialami oleh Inggris.
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, kebijakan tersebut bertentangan dengan kebijakan kenaikan suku bunga bank sentral. Akibatnya, pasar obligasi mengalami kekacauan dan nilai mata uang poundsterling jatuh ke level terendah.
Akibat desakan oleh berbagai pihak termasuk dari partainya, Truss pun memecat Kwarteg. Jeremy Hunt diangkat untuk menggantikannya.
Setelah diangkat, Hunt pun memutuskan untuk tidak melanjutkan kebijakan pemangkasan pajak yang diajukan oleh Truss dan Kwarteg.
Partai Konservatif melihat bahwa kebijakan Truss semakin memperparah krisis di negara tersebut. Tekanan dari berbagai pihak pun terus berdatangan ke Truss untuk menangani kenaikan biaya hidup, inflasi, dan ancaman resesi yang semakin di depan mata.
Akhirnya dalam waktu singkat Truss memutuskan tidak lagi menjabat sebagai PM. Ia akan benar-benar berhenti saat kepala pemerintahan penggantinya resmi ditunjuk. Jika tidak aral melintang pengganti Truss akan diumumkan pada pekan depan.
ADVERTISEMENT
Penulis: Thalitha Yuristiana.