Kawasan Permukiman Baru Desa Kawasi

Inovasi Sisa Pengolahan Nikel: Bata Berkualitas Melampaui Bata Kelas 1

3 Desember 2024 16:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemanfaatan sisa hasil pengolahan bijih nikel berupa slag nikel terus diupayakan Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi berkelanjutan di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Slag nikel merupakan sisa hasil pengolahan dari peleburan bijih nikel kadar tinggi (saprolit) dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Hasil akhir peleburan ini berupa feronikel (FeNi) dan slag nikel yang berbentuk butiran (granular).
Harita Nickel sukses menyulap slag nikel yang tak terpakai menjadi beragam bahan konstruksi yang bernilai. Pengolahan slag nikel ini perlu dilakukan mengingat sisa hasil pengolahan ini bisa berbahaya dari segi volume jika terus menumpuk.
Beberapa waktu lalu, kumparan berkesempatan mengunjungi smelter atau pabrik Feronikel yang dikelola PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF), yang masih menjadi bagian dari Harita Nickel.
Proses skimming, slag nikel yang masih berbentuk lava ditembak air untuk menjadi butiran pasir di pabrik feronikel Harita Nickel. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Di pabrik ini, saprolit yang masih berbentuk tanah diproses secara pirometalurgi dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), artinya terjadi proses ekstraksi logam dengan suhu tinggi melalui rotary kiln (tanur putar) dan electric furnace (tanur listrik).
Pertama-tama, saprolit dipanggang dalam rotary kiln untuk menghilangkan sebagian besar kadar air dan zat-zat yang tidak diinginkan.
Selanjutnya, saprolit yang sudah kering dan dipanggang dilebur dalam tanur listrik untuk mendapatkan logam nikel dan besi yang berfusi menjadi feronikel (bahan baku stainless steel). Feronikel dicetak batangan seperti 'roti bantal' dengan berat 25 kilogram per buah.
Proses pencetakan feronikel seperti 'roti bantal' dengan berat 25 kilogram per buah. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pada proses peleburan di tanur listrik ini, mineral yang tak ikut meleleh menjadi slag nikel. Kemudian, slag nikel yang masih berbentuk lava ditembak air untuk menjadi butiran pasir.
"Ini (namanya) proses skimming. Jadi dilakukan proses granulation. Jadi slag yang masih berbentuk lava ditembak pakai water jet spray hingga menjadi bentuk butiran pasir," jelas Herman Salim selaku Technical Support Superintendent Harita Nickel kepada kumparan.
Herman Salim selaku Technical Support Superintendent Harita Nickel saat memperlihatkan proses skimming slag nikel. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Perlu digaris bawahi, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No 22 tahun 2021 dijelaskan bahwa slag nikel masuk dalam kategori limbah non-Bahan Berbahaya dan Beracun (non-B3), dengan syarat tertentu.
Oleh karena itu, pengolahan slag nikel perlu dilakukan secara benar. Harita Nickel menyulap slag nikel menjadi bahan konstruksi, seperti bata. Proses ini tentu membantu perusahaan mengurangi sisa hasil pengolahan bijih nikel yang sebelumnya hanya menumpuk.
Wujud butiran pasir slag nikel. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Untuk menjadi bata, slag nikel dicampur dengan material lain, seperti semen, bottom ash (abu sisa hasil pembakaran batubara), hingga mortar.
Bahan-bahan itu kemudian dicetak menjadi bentuk bata. Bata dari slag nikel ini masuk kategori kelas 1, dan kualitasnya melebihi bata beton pasangan dinding kelas 1.
Bata dari slag nikel yang diolah Harita Nickel. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Bata ini memiliki kekokohan yang lebih baik atau tak mudah hancur ketimbang bata merah dan bata ringan, namun bata dari slag nikel punya berat dua kali lipat dari bata merah dan bata ringan.

Pembangunan Kawasan Permukiman Baru Desa Kawasi Manfaatkan Slag Nikel

Slag nikel sudah dimanfaatkan pada sejumlah infrastruktur di sekitar kawasan industri Harita Nickel, termasuk untuk pembangunan Kawasan Permukiman Baru Desa Kawasi pada 2020 dan selesai pada 2023.
Kawasan Permukiman Baru Desa Kawasi dilihat dari udara. Foto: kumparan
Permukiman ini diperuntukkan untuk warga Desa Kawasi lama yang diinisiasi Pemkab Halmahera Selatan dengan difasilitasi Harita Nickel. Konstruksi Permukiman Baru Desa Kawasi mulai dari fondasi, tembok rumah, drainase hingga jalan menggunakan campuran slag nikel.
“Jadi untuk Permukiman Baru Desa Kawasi kita pakai material sisa ya, hasil sisa dari pabrik, namanya slag nikel. Nah slag nikel ini kita pakai untuk yang pertama pembuatan bata, itu dipakai untuk menyusun dinding rumah," kata Ricky Abdillah selaku Construction Superintendent Harita Nickel saat ditemui di Kawasan Permukiman Baru Desa Kawasi, Pulau Obi.
"Kemudian untuk pengocoran beton, semua betonnya itu untuk material pasir kita substitusi, kita ganti menjadi material slag nikel," imbuhnya.
Ricky menjelaskan ada sekitar 259 unit rumah di kawasan ini, dengan dilengkapi berbagai fasilitas umum dan sosial, seperti masjid, gereja, kantor kepala desa, klinik, sekolah dasar dan menengah.
Rencana ke depan, akan dibangun area komersial di kawasan ini, sehingga aktivitas ekonomi warga bisa terus berputar.
Diharapkan melalui pemanfaatan slag nikel di kawasan ini, dapat meningkatkan kualitas hidup dan masa depan masyarakat yang berkelanjutan.
Selain untuk bahan konstruksi, Harita Nickel memanfaatkan slag nikel untuk reef cube atau kubus berongga di laut. Reef cube ini dijadikan wadah pertumbuhan terumbu karang dan rumah bagi ikan serta berbagai biota laut lainnya. Pemakaian reef cube dari slag nikel ini dipastikan aman bagi ekosistem laut.
Wujud reef cube dari slag nikel sebagai wadah pertumbuhan terumbu karang. Foto: kumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten