Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Iran: Kerusuhan Akibat Kematian Mahsa Amini Dirancang Barat dan Zionis
8 Oktober 2022 12:24 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pemerintah Iran menuding kerusuhan berkepanjangan yang terjadi akibat kematian Mahsa Amini (22), telah direncanakan dan dirancang sebelumnya oleh musuh besar mereka, Barat dan Zionis.
ADVERTISEMENT
Melansir siaran pers dari Kedutaan Besar Iran di Jakarta, tudingan itu disampaikan langsung oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, pada Jumat (7/10).
“Kerusuhan dan kekacauan terbaru di Iran dirancang oleh negara-negara Barat dan Rezim Zionis, orang-orang bayaran mereka, serta beberapa orang Iran pengkhianat di luar negeri,” kata Khamenei dalam pernyataan itu.
Menurut Khamenei, meski tidak ada peristiwa kematian Mahsa Amini, pihak musuh besar Iran tersebut akan tetap mencari alasan untuk menciptakan kerusuhan di kalangan masyarakat negara Islam itu.
Ia pun tidak mempercayai ucapan duka yang disampaikan oleh Barat atas tragedi kematian perempuan keturunan Kurdi itu.
“Belasungkawa negara-negara Barat atas meninggalnya seorang perempuan di Iran adalah dusta, dan bertolak belakang dengan tampilan lahir mereka, sebenarnya mereka gembira karena mendapatkan alasan untuk menciptakan insiden,” tutur dia.
ADVERTISEMENT
Khamenei mengaku berduka atas kepergian Amini dan telah mengerahkan tim investigasi untuk menelusuri penyebab pasti kematiannya.
Namun, ia menyayangkan reaksi berlebihan oleh masyarakat Iran yang terprovokasi — khususnya kaum perempuan, yang belum pernah terjadi dalam skala sebesar ini.
“Reaksi atas peristiwa ini yang dilakukan tanpa penyelidikan dan tanpa ada kepastian terkait apa yang sebenarnya terjadi, lalu sebagian orang turun ke jalan membuat kekacauan, membakar Al Quran, mencopot paksa hijab seorang perempuan, membakar masjid, tempat ibadah, dan kendaraan masyarakat, ini bukanlah reaksi yang biasa dan normal,” singgung dia.
Orang-orang yang turun ke jalan, sambung Khamenei, adalah sisa-sisa oknum yang sebelumnya memiliki hubungan kurang baik dengan Iran.
Contohnya, seperti kelompok teroris MKO (Organisasi Mojahedin-e-Khalq), kelompok separatis, monarki, dan pihak yang berkaitan dengan dinas intelijen di masa kepemimpinan dinasti Pahlevi, SAVAK.
ADVERTISEMENT
“Skenario dan aksi musuh menunjukkan batin mereka, yaitu permusuhan dengan bangsa dan negara Iran. Mereka berusaha menciptakan kerusuhan, menghancurkan keamanan negara, dan memprovokasi orang-orang yang mungkin bisa diprovokasi dengan sejumlah kegemparan,” kata Khamenei.
Dalam beberapa pekan terakhir, Iran diterpa demonstrasi besar-besaran dan berkepanjangan sejak Mahsa Amini tewas dalam tahanan polisi moral pada pertengahan September lalu.
Tragedi bermula ketika Amini bersama saudara laki-lakinya berkunjung ke ibu kota Teheran pada Jumat (13/9), kemudian ia ditangkap oleh polisi moral karena dinilai tidak mengenakan jilbab sesuai aturan yang berlaku.
Amini diduga mengalami kekerasan oleh aparat selama ditahan di ‘pusat bimbingan’. Ia jatuh koma dan meninggal dunia tiga hari kemudian. Situasi itu memicu gejolak amarah dari pendukung Mahsa, yang mengakibatkan Iran terbagi menjadi dua kubu bertentangan.
ADVERTISEMENT
Melihat peristiwa itu, demonstrasi yang mendukung Amini pun bergejolak di berbagai negara Eropa, seperti Jerman, Yunani, Inggris dan Turki, guna menunjukkan solidaritas. Kementerian Luar Negeri Prancis juga mengutuk keras pihak berwenang Iran atas kejadian tersebut.
Begitu pula dengan Amerika Serikat, pihaknya bersumpah akan menuntut pertanggungjawaban para pemimpin Iran atas kematian Amini. “Pekan ini, Amerika Serikat akan mengenakan biaya lebih lanjut pada pelaku kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai," bunyi pernyataan Biden, seperti dikutip dari AFP, Selasa (4/10).
“Kami akan terus meminta pertanggungjawaban pejabat Iran dan mendukung hak-hak warga Iran untuk memprotes secara bebas,” imbuhnya.