Ismail Fahmi, Pendiri Drone Emprit yang Melawan Hoaks dengan Data

29 Agustus 2023 13:01 WIB
·
waktu baca 5 menit
clock
Diperbarui 14 November 2023 11:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ismail Fahmi Foto: Ardhana Pragota/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ismail Fahmi Foto: Ardhana Pragota/kumparan
ADVERTISEMENT
Nama Ismail Fahmi sudah lama malang melintang di media sosial. Ia adalah pendiri Drone Emprit sekaligus sosok di balik utas Twitter (sekarang X) yang seringkali viral. Di antaranya adalah ulasan tentang narasi #TurunkanJokowi hingga #GejayanMemanggil2.
ADVERTISEMENT
Dalam wawancaranya dengan kumparan, Fahmi bercerita bagaimana awal mula Drone Emprit muncul. Semua berawal dari kekhawatirannya terhadap berita hoaks yang terus dikonsumsi masyarakat pada Pilpres 2014 lalu.
"Itu (hoaks) bisa kita lihat dengan mudah di media analitik, tapi publik kan enggak tahu. Kadang mereka disuguhi informasi di media sosial, enggak tahu asalnya dari mana, kadang benar atau tidak," kata Fahmi saat dihubungi kumparan, Sabtu (26/8).
Ismail Fahmi, Analis Media Sosial Drone Emprit. Foto: Fauzan Dwi Anangga/kumparan

Munculnya Drone Emprit

Awalnya, kata dia, dirinya memiliki tools media monitoring di perusahaan yang ia dirikan, yaitu PT Media Kernels Indonesia. Di satu sisi, ia ingin menggunakan tools tersebut untuk masyarakat. Namun di sisi lain, enggan melibatkan nama perusahannya terkait dengan aktivitasnya tersebut.
"Drone Emprit itu dipakai sebagai nama publikasinya gitu supaya apa ya nama perusahaan (PT Media Kernels Indonesia) enggak muncul kan. Jadi kita menggunakan nama-nama samaran. karena sumber datanya tuh sebetulnya dari news, Twitter, Facebook, Instagram, Youtube, semuanya ada," jelas Fahmi.
Hasil Social Network Analysis (SNA). Foto: Dok. Ismail Fahmi
Menurut Fahmi, media sosial yang paling banyak kaitannya dengan isu politik ada di X. Nama Drone Emprit pun, kata dia, terinspirasi dari media sosial yang dulunya berlogo burung biru tersebut.
ADVERTISEMENT
"Nah Twitter kan logonya burung gitu. Saya enggak tahu apa, tapi kan kecil ya saya pikir burung emprit karena saya kan di desa gitu. Saya bayangin, saya terbangkan drone, tapi terdiri dari burung-burung itu. Itu lah ya Drone Emprit, kira-kira gitu dari sisi nama. Jadi drone yang memonitor percakapan publik di Twitter dan media sosial yang lain," tuturnya.
Meski begitu, Fahmi menuturkan bahwa pada awalnya ia mempublikasikan temuannya di Facebook. Alasannya, kata dia, Facebook memperbolehkannya menulis panjang dan lengkap. Baru belakangan ini ia pindah ke Twitter.
"Nah di Twitter, kenapa kemudian saya pindah? Karena saya lihat Twitter tuh lebih dinamis, lebih mudah menyebar luas ya lebih mudah dibaca sama jurnalis, sehingga saya pikir saya harus taruh juga di Twitter gitu," ungkapnya.
Logo Twitter. Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Tagline dari Drone Emprit adalah We don't claim to be neutral, but we insist on being truthful. Menurutnya, ia dan Drone Emprit memang tidak pernah netral. Data yang disampaikan Drone Emprit, kata dia, bisa merugikan pihak A atau B.
ADVERTISEMENT

Kiprah Drone Emprit Dalam Kontestasi Pemilu

Fahmi lalu bercita tentang peran Drone Emprit selama Pilkada DKI 2017. Saat itu, Drone Emprit yang sudah ada sejak 2016 pun memanfaatkan momen Pilkada DKI 2017 untuk mencuri perhatian publik dalam membasmi disinformasi.
Ia mengaku Pilkada DKI 2017 menjadi momen keaktifan Drone Emprit merilis hasil analisisnya ke khalayak ramai. Fahmi pun turut menceritakan pengalamannya pertama kali diserang sekelompok buzzer secara sistematis hingga doxing.
"Kalau ancaman sih ada. Misalnya ketika kemudian orang enggak suka lalu ada buzzer menyerang kan gitu ya. Terus kemudian saya dan perusahaan di-doxing gitu kan," kata Fahmi.
Ismail Fahmi Foto: Ardhana Pragota/kumparan
Fahmi mengeluhkan tiap kali membuka hasil analisis, misalnya, kubu A, ia akan disebut hoaks oleh kelompok-kelompoknya dan dinilai menjadi pendukung kubu B. Begitu pula sebaliknya. Namun, Fahmi sudah merasa legowo.
ADVERTISEMENT
"Ancaman-ancaman itu masih bisa dihadapi. Saya melihat kebenaran informasi yang harus diterima oleh publik itu lebih penting," kata dia.

Bagaimana Cara Drone Emprit Bekerja?

Fahmi menjelaskan cara kerja Drone Emprit dalam menghimpun dan menganalisis data. Menurutnya, ada database pemberitaan yang diperoleh setiap saat. Kemudian, pihaknya mulai menyiapkan kata kunci terkait data yang ingin dicari.
"Jadi harus diulang-ulang itu penentuan kata kunci sehingga kita mendapatkan hasil yang paling optimal mendapatkan data ya. Setelah data kita dapetinnya kita analisis. Itu sudah ada di-tool tuh, sudah tampil semua grafik, apa itu trendnya, SNA, sentimen analisis, dan lain lain itu sudah bisa dimunculkan semua itu dari dashboard," sambungnya.
Social Network Analysist (SNA) Drone Emprit terkait penyebutan Cebong, Kampret dan Kadrun. Foto: Dok. Ismail Fahmi
Menurut Fahmi, perlu kemampuan khusus dalam menganalisis data-data tersebut. Terlebih dalam menggali makna terhadap adanya dua trend yang berkorelasi. Nantinya, kata dia, akan terlihat gambaran dua klaster yang terkait dengan yang pro dan kontra.
ADVERTISEMENT
"Itu yang kemudian kita baca dari data kita sampaikan kita tulis ulang dalam bahasa orang yang awam itu sehingga mereka paham," jelas Fahmi.
Fahmi kemudian mencontohkan analisis yang ia publikasikan pada 9 April 2022 lalu. Kala itu, ia mempublikasikan hasil analisisnya soal #TurunkanJokowi yang ramai jelang demo mahasiswa 11 April 2022. Demo kala itu terkait dengan penolakan penundaan pemilu, kaji ulang UU IKN, stabilkan harga, usut mafia minyak goreng, selesaikan konflik agraria, dan tuntaskan janji-janji kampanye.
Hastag #TurunkanJokowi hingga #GoodbyeJokowi seakan-akan diprakarsai oleh mahasiswa pada saat itu. Fahmi dan Drone Emprit pun berusaha menavigasi kemunculan narasi tersebut, apakah benar dibuat oleh mahasiswa?
Beberapa hasil analisisnya mengatakan bahwa topik tersebut hanya dibangun dan bersumber dari satu klaster saja. Akun-akun yang diungkap pun terlihat seperti karakteristik akun-akun buzzer.
ADVERTISEMENT
"Terbukti bahwa yang mengangkat isu turunkan Jokowi adalah sekelompok akun oposisi dan bukan akun mahasiswa. Sementara akun mahasiswa mereka mengangkat Reformasi Dikorupsi ya," jelasnya.

Aktivis yang Gemar Bermain Data

Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki Fahmi tak begitu saja terbentuk. Ia meraih gelar Ph.D atau gelar doktor di bidang ilmu informasi jebolan Universitas Groningen di Belanda. Saat ini, ia juga sibuk berkutat menjadi seorang akademisi di bidang yang sama dan mengajar di Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta.
Ismail Fahmi Foto: Ardhana Pragota/kumparan
Kepedulian yang tinggi terhadap kepentingan masyarakat sudah dipupuk Fahmi semenjak berkuliah S1 di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1992. Ia mengaku sudah mendedikasikan dirinya menjadi aktivis pada saat itu. Dia aktif berorganisasi di Masjid Salman, ITB dan kegiatan kemahasiswaan.
ADVERTISEMENT
"Saya ketua Himpunan dulu. Himpunan mahasiswa elektro ITB, aktif juga di KM ITB keluarga mahasiswa ITB itu, kegiatan demonstrasi mahasiswa itu juga biasa dulu bagi saya," jelas Fahmi.
"Jadi sebetulnya basic-nya itu dari lebih berangkat dari aktivis yang kemudian saya seorang (yang masuk dalam ranah) teknologi ya itu orang bergerak di-entrepreneurship di bidang teknologi. Tapi ada jiwa aktivis di sana gitu," pungkasnya.