Israel Ancam Serang Rafah saat Ramadan jika Hamas Tak Bebaskan Sandera

19 Februari 2024 14:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz. Foto: Ken Cedeno/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz. Foto: Ken Cedeno/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pemimpin oposisi Israel sekaligus Kepala Staf Umum Israeli Defense Forces (IDF) Benny Gantz mengancam bakal menyerang kota bagian selatan Jalur Gaza, Rafah, selama bulan Ramadan.
ADVERTISEMENT
Serangan itu, kata Gantz, akan terjadi apabila para sandera Israel yang sampai saat sekarang disandera Hamas tidak juga dibebaskan. Awal bulan suci Ramadan tahun ini diperkirakan bakal jatuh pada 10 Maret.
Dikutip dari Anadolu Agency, IDF telah berencana meluncurkan invasi darat ke Rafah—yang saat ini menjadi tempat pengungsian setengah dari total populasi warga Palestina di Gaza.
Peta Gaza - Rafah Foto: google.maps
Tanpa memberikan bukti, IDF mengeklaim Rafah beserta fasilitas sipil telah dijadikan Hamas sebagai tempat para sandera ditawan, sekaligus pusat penyimpanan senjata. Israel berdalih, laporan intelijen yang dia terima menunjukkan Hamas memanfaatkan terowongan-terowongan bawah tanah sebagai pusat komandonya.
Rafah menurut Israel adalah 'benteng pertahanan' Hamas yang tersisa di Gaza. "Saya mengatakan ini dengan sangat jelas: Hamas punya pilihan. Mereka bisa menyerah, membebaskan para sandera, dan dengan demikian, warga Gaza bisa merayakan bulan suci Ramadan," kata Gantz, pada Minggu (18/2).
ADVERTISEMENT
Warga Palestina berkumpul di dekat kawah di lokasi serangan Israel terhadap sebuah rumah di Rafah, Jalur Gaza, Minggu (18/2/2024). Foto: Mohammed Salem/Reuters
"Dunia harus tahu, dan para pemimpin Hamas harus tahu—jika pada bulan Ramadan para sandera kami tidak pulang, pertempuran akan diperluas ke daerah Rafah," sambung dia.
Menurut laporan The Times of Israel, eks Menteri Pertahanan Israel itu berencana melaksanakan invasi darat ke Rafah melalui kerja sama dengan Amerika Serikat dan Mesir. Tujuannya, menurut Gantz, adalah untuk 'meminimalisir korban sipil'.
Saat ini, ada sekitar 1,4 juta warga sipil Palestina berlindung di kamp-kamp pengungsian Rafah yang sempit dan berdesak-desakan—dengan harapan bisa selamat dari agresi penjajah. Mereka yang mengungsi itu kebanyakan telah kehilangan tempat tinggal dan kerabat, sejak Israel menggempur penjuru Gaza melalui jalur darat, laut, dan udara pada Oktober lalu.
ADVERTISEMENT
Rencana invasi darat Israel ke Rafah muncul, di saat serangan Israel telah menewaskan hampir 29 ribu orang Palestina sejak 7 Oktober 2023—sebagian besar wanita dan anak-anak.
Jutaan orang lainnya pun terancam mengalami kelaparan dan wabah penyakit, lantaran Israel menghambat pasokan bantuan kemanusiaan dan memborbardir rumah sakit, sehingga mereka tak punya akses ke obat-obatan dan layanan medis memadai.