Israel-Hizbullah Sepakat Gencatan Senjata, Gaza Dalam Bahaya

27 November 2024 11:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pemuda berjalan melewati sebuah bangunan yang hancur di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, Senin (7/10/2024). Foto: Bashar Taleb/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pemuda berjalan melewati sebuah bangunan yang hancur di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, Senin (7/10/2024). Foto: Bashar Taleb/AFP
ADVERTISEMENT
Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah yang dimediasi Amerika Serikat dan Prancis akan berlaku mulai Rabu (27/11). Namun, perjanjian ini justru membuka jalan bagi Israel untuk kembali mengintensifkan serangan terhadap Hamas di Gaza.
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut gencatan senjata dengan Hizbullah sebagai peluang strategis.
“Ketika Hizbullah tidak terlibat, Hamas akan bertarung sendirian. Kami akan meningkatkan tekanan terhadapnya,” ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.
Di saat yang sama, Netanyahu memanfaatkan jeda ini untuk memperkuat militer Israel.
“Kami akan mengisi kembali persediaan senjata dan memberikan waktu istirahat kepada tentara,” tambahnya.
Presiden AS Joe Biden memberikan sambutan dari Taman Mawar Gedung Putih di Washington, AS, Rabu (27/11/2024). Foto: Nathan Howard/REUTERS
Sehari sebelum gencatan senjata Israel-Hizbullah berlaku, Presiden AS Joe Biden mengeklaim tengah berupaya keras mendorong gencatan senjata di Gaza.
Menurutnya, Amerika Serikat bekerja sama dengan Turki, Mesir, Qatar, Israel, dan negara-negara lain untuk mencapai kesepakatan tersebut.
“Kami ingin membebaskan para sandera dan mengakhiri perang tanpa Hamas tetap berkuasa,” kata Biden.

Surat Penangkapan Netanyahu

Di tengah situasi konflik, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang di Gaza.
ADVERTISEMENT
Tuduhan tersebut termasuk perampasan kebutuhan hidup penduduk sipil di wilayah itu.
Pemimpin militer Hamas, Mohammed Deif, juga menjadi sasaran surat perintah ICC atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan. Beberapa bulan lalu Israel mengeklaim berhasil membunuh Deif.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan peta saat ia berbicara dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-79 di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York City pada 27 September 2024. Foto: Charly Triballeau/AFP
Netanyahu menolak tegas keputusan ini, menyebutnya sebagai bentuk “anti-Semitisme modern.” Israel juga menolak yurisdiksi ICC dan menyangkal semua tuduhan kejahatan perang.
Namun, keputusan ICC mendapat dukungan dari banyak pihak, termasuk Indonesia dan Hamas yang menyebutnya sebagai langkah simbolis menuju keadilan.

Gaza di Ambang Krisis

Sejumlah warga antre untuk mendapatkan makanan dari dapur amal di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Selasa (19/11/2024). Foto: Hatem Khaled/REUTERS
Hingga Selasa (26/11) Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 44 ribu warga Palestina tewas sejak serangan Israel dimulai pada 7 Oktober 2023. Dari jumlah tersebut, mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan.
Lebih dari setahun berlalu, Israel masih getol menyerang Gaza. Baru-baru ini Israel menghantam lingkungan padat penduduk di Beit Lahiya dan Sheikh Radwan dan merenggut sedikitnya 88 nyawa, termasuk anak-anak yang tengah tertidur lelap.
ADVERTISEMENT
Awal November, Israel juga menyerang RS Kamal Adwan di Gaza Utara. Serangan ini bahkan merusak pasokan penyelamatan yang baru saja dikirim ke RS tersebut.
Sementara gencatan senjata di perbatasan Israel-Lebanon memberi harapan, Gaza justru berada dalam ancaman nyata.
Kini krisis bahan baku dan kelaparan tengah memuncak, rencana gempuran baru di wilayah itu pun dapat membawa dampak kerusakan pun kemanusiaan yang lebih besar.