Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Dalam kurun waktu satu bulan, dua kali kecelakaan terjadi di Tol Cipularang di sekitar KM 90-91. Kecelakaan pertama terjadi pada Senin (2/9). Kecelakaan itu mengakibatkan 8 orang meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Dalam peristiwa itu, polisi menetapkan dua sopir truk yang memicu kecelakaan jadi tersangka. Mereka adalah Subana dan Dedi Hidayat. Dedi meninggal karena tubuhnya terjepit truk.
Polisi menyatakan kecelakaan itu disebabkan oleh muatan berlebih dua truk yang dibawa Subana dan Dedi sehingga sulit mengerem saat melintas di KM 91.
Delapan hari kemudian, tepatnya Selasa (10/9) kecelakaan kembali terjadi di Tol Cipularang arah Jakarta. Tepatnya di KM 92. Penyebabnya hampir sama: truk yang mengalami rem blong. Beruntung tak ada yang meninggal dalam peristiwa itu.
Banyaknya kecelakaan di Tol Cipularang kemudian dikait-kaitkan dengan hal mistis yang ada di sekitar. Penduduk setempat percaya titik kilometer terjadinya kecelakaan itu merupakan daerah sakral.
Mitos yang selama ini berkembang adalah tentang keberadaan Gunung Hejo di kawasan tol tersebut.
ADVERTISEMENT
Gunung Hejo dipercaya sebagai tempat petilasan Raja Pajajaran Prabu Siliwangi. Hampir setiap hari lokasi tersebut didatangi peziarah dari berbagai daerah yang menganggapnya sebagai tempat keramat.
Menanggapi hal itu, General Manager PT Jasa Marga Cabang Purbaleunyi Dwi Winarsa menampik semua anggapan dan mitos mistis yang terjadi di Tol Cipularang. Menurut dia, institusinya akan evaluasi menyeluruh terkait banyaknya kecelakaan di Tol Cipularang, khususnya di titik KM 90-96.
Evaluasi itu, kata Dwi,tidak akan menyinggung soal hal mistis. "Enggaklah, kita enggak ke sana (hal mistis). Kalau dilarikan ke situ, nanti tidak bisa dievaluasi," kata Dwi, saat dihubungi kumparan, Rabu (11/9).
Dwi juga membantah adanya ingkar janji yang dilakukan kontraktor saat membangun tol itu dengan warga. Karena menurut dia, semua prosedur telah terpenuhi.
ADVERTISEMENT
"Apapun tetap kita perlu kalau di situ ada pekerjaan, ya, berdoa, dan memastikan kondisi kendaraan dan pengemudi bisa sesuai yang seharusnya di jalan tol," ujar dia.
Dwi memastikan, telah melakukan kajian yang dipandang dari berbagai sisi untuk mengungkap penyebab kecelakaan yang terjadi di rentang kilometer tersebut.
Menurut Dwi, sisi pertama adalah terkait dengan geometrik jalan yang dianggap oleh masyarakat terlalu curam. Namun, dia mengatakan, semua jalan tol yang dilintasi oleh kendaraan dipastikan telah sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
Dwi menambahkan, sejak tahun 2019 telah terjadi empat kali kecelakaan di jalur tersebut. Adapun lakalantas yang menimbulkan korban jiwa terjadi beberapa pekan lalu dengan tersangka dua sopir truk karena membawa muatan berlebih.
ADVERTISEMENT