Jelang Peringatan Dua Dekade, Warga Australia Kenang Peristiwa Bom Bali 2002

11 Oktober 2022 15:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Turis asing mengunjungi tugu peringatan korban bom Bali 2002 menjelang peringatan 20 tahun ledakan, di kawasan wisata Kuta dekat Denpasar di pulau resor Indonesia Bali, Sabtu (8/10/2022). Foto: Sonny Tumbelaka/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Turis asing mengunjungi tugu peringatan korban bom Bali 2002 menjelang peringatan 20 tahun ledakan, di kawasan wisata Kuta dekat Denpasar di pulau resor Indonesia Bali, Sabtu (8/10/2022). Foto: Sonny Tumbelaka/AFP
ADVERTISEMENT
Serangan bom Bali menewaskan 88 orang dari Australia pada 12 Oktober 2002. Selang dua dekade kemudian, para penyintas masih mengenangnya seolah baru terjadi kemarin.
ADVERTISEMENT
Hanabeth Luke yang saat itu masih berusia 22 tahun berniat menghabiskan liburan bersama pasangannya di tempat wisata populer di Indonesia. Tetapi, dia justru harus merasakan kehilangan.
Luke masih mengingat bagaimana dia berjuang menyelamatkan diri setelah rentetan bom meledak di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Dia harus merangkak antara puing-puing yang terbakar dan asap hitam tebal yang menyelimuti.
Warga berdoa saat peringatan 19 tahun tragedi bom Bali di Monumen Bom Bali, Badung, Bali, Selasa (12/10/2021). Foto: Fikri Yusuf/Antara Foto
Luke melarikan diri melalui atap kelab malam yang runtuh. Dia kemudian memanjat dinding setinggi tiga meter untuk melompat ke tempat yang aman. Dalam kepanikan dan kekacauan di luar, Luke berusaha menemukan pasangannya saat itu, Marc Gajado.
Nahasnya, Gajado tidak selamat dari serangan bom. Dia sedang berjalan ke arah depan gedung ketika bom mulai diledakkan.
ADVERTISEMENT
Saat mencari Gajado, Luke bertemu dengan remaja berusia 17 tahun yang mengalami cedera, Tom Singer. Luke lantas membantu Singer agar dapat menyelamatkan diri. Namun, Singer yang terbakar parah meninggal dunia satu bulan kemudian di rumah sakit.
"Saya berkata, kawan, saya tidak peduli bila kedua kaki Anda patah, Anda akan berdiri dan kita akan menggunakan kedua kekuatan kita dan mengeluarkan Anda dari sini," ujar Luke, dikutip dari Reuters, Selasa (11/10).
Turis asing mengunjungi tugu peringatan korban bom Bali 2002 menjelang peringatan 20 tahun ledakan, di kawasan wisata Kuta dekat Denpasar di pulau resor Indonesia Bali, Sabtu (8/10/2022). Foto: Sonny Tumbelaka/AFP
Sebuah gambar yang menunjukkan Luke membantu Singer lalu menyebar melalui surat kabar di seluruh dunia setelah tragedi tersebut. Sebagian menyebut wanita itu sebagai 'Malaikat Bali'.
Luke kini tinggal di Kota Evans Head, Australia. Dia telah memulai kehidupan baru bersama pasangannya, Kieran. Mereka pun dikaruniai dua anak. Tetapi, Luke tidak bisa melupakan kejadian tersebut.
ADVERTISEMENT
"Mimpi buruknya adalah, masih 20 tahun kemudian, Marc tidak akan pernah kembali," ungkap Luke.
"Orang tua [Marc] tidak akan pernah melihatnya lagi. Orang tua Tom Singer, mereka adalah orang-orang yang paling luar biasa, seluruh keluarga mereka, mereka telah diguncang," lanjut dia.
Pelaku bom Bali Mukhlas alias Ali Ghufron (kiri), Amrozi (tengah), Imam Samudra (kanan). Foto: AFP
Organisasi radikal Jemaah Islamiyah meledakkan bom bunuh diri di dalam Paddy's Pub di Kuta, Bali. Dari seberang jalan, bom mobil yang lebih kuat kemudian turut meledak di luar Sari Club (SC). Pengeboman tersebut merenggut nyawa 202 orang dari 23 negara.
Mayoritas korban berasal dari Australia, sehingga menjadi satu-satunya jumlah korban jiwa terbesar dari serangan teroris dalam sejarah negara itu. Australia akan mengingat korban dalam upacara peringatan di gedung parlemen di Canberra pada Rabu (12/10).
ADVERTISEMENT
"Kami tidak dapat membawa orang-orang itu kembali, tetapi kami dapat menjalani yang terbaik, versi terbaik dari hidup kami," ujar Luke.