Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Pemimpin Junta Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing mengumumkan pada Minggu (27/3/2022), pihaknya akan memberantas demonstran yang melawan kudeta. Hal tersebut disampaikan Hlaing saat parade militer menjelang Hari Angkatan Bersenjata di Naypyidaw.
ADVERTISEMENT
Pawai tahunan itu menampilkan tank, rudal, artileri dan pasukan penunggang kuda. Kepada sekitar 8.000 personel keamanan yang hadir di acara itu, Hlaing mengatakan, tentara tidak akan tunduk terhadap arus protes.
"Militer tidak akan lagi bernegosiasi dan akan memusnahkan sampai akhir kelompok-kelompok yang berjuang untuk menjatuhkan pemerintahannya," tegas Hlaing seperti dikutip dari AFP.
Para demonstran anti-kudeta terus menyerukan demonstrasi 'pemogokan kekuasaan' nasional melalui media sosial sejak Minggu (27/3/2022) malam waktu setempat.
Pejuang anti-kudeta 'Angkatan Pertahanan Rakyat' dilaporkan terus melakukan perlawanan terhadap pasukan Junta. Pertempuran dengan kelompok-kelompok pemberontak etnis yang lebih mumpuni juga berkobar di daerah perbatasan.
Selain menghadapi permasalahan dari dalam negeri, pemerintahan Junta juga telah terisolasi dari dunia sejak pemberontakan itu. Junta hanya menjalin satu hubungan diplomatik, yakni dengan Kamboja.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Rusia telah dijadwalkan menghadiri parade tahun ini. Tetapi, ia batal hadir lantaran urusan internal. Kremlin merupakan pemasok senjata utama dan sekutu Junta Myanmar.
"Tetapi tidak mampu karena urusan negaranya," kata juru bicara Junta, Zaw Min Tun, merujuk pada Menhan Kremlin yang batal menghadiri parade.
Amerika Serikat dan Inggris pada Jumat (25/3/2022) telah mengumumkan sanksi baru terhadap junta militer Myanmar.
Langkah-langkah baru itu datang beberapa hari setelah Washington menyimpulkan tindakan genosida terhadap minoritas Rohingya Muslim oleh Junta Myanmar.
Organisasi pemantau lokal memperkuat dugaan tersebut. Pihaknya menerangkan, situasi di Myanmar menjadi semakin kacau sejak pemberontakan pada Februari 2021. Lebih dari 1.700 orang dilaporkan tewas akibat tindakan represi keras terhadap perbedaan pendapat.
ADVERTISEMENT
Penulis: Sekar Ayu