Kanada hingga Jamaika, Ini Daftar Negara Ingin Merdeka Sepenuhnya Dari Inggris

25 Maret 2022 19:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ratu Inggris Elizabeth II mengangkat gelasnya saat acara makan malam Ratu selama Pertemuan Kepala Pemerintahan Persemakmuran (CHOGM), di Istana Buckingham di London pada 19 April 2018. Foto: Toby Melville / POOL / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ratu Inggris Elizabeth II mengangkat gelasnya saat acara makan malam Ratu selama Pertemuan Kepala Pemerintahan Persemakmuran (CHOGM), di Istana Buckingham di London pada 19 April 2018. Foto: Toby Melville / POOL / AFP
ADVERTISEMENT
Menyusul Barbados, Jamaika mengungkap ambisi untuk merdeka sepenuhnya dari jejak koloni Inggris pada Selasa (22/3/2022). Para ahli telah memperingatkan efek domino dari keputusan Barbados tersebut sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Mereka memprediksi, langkah Barbados untuk mencopot Ratu Elizabeth II dari jabatan sebagai kepala negara akan beriak ke negara-negara Persemakmuran lain.
Kini, Ratu Elizabeth II mengepalai 15 dari 54 negara Persemakmuran. Negara-negara itu yakni Antigua dan Barbuda, Australia, Belize, Barbados, Kanada, Grenada, Jamaika, Selandia Baru, Papua Nugini, St Kitts dan Nevis, St Lucia, St Vincent dan Grenadines, Kepulauan Solomon, Bahama, dan Tuvalu.
Tak cuma Jamaika, ada beberapa negara yang mencoba melepaskan diri sepenuhnya dari Inggris Raya. Berikut daftarnya:
Perdana Menteri Jamaika Andrew Holness menyampaikan pernyataan nasionalnya sebagai bagian dari KTT Pemimpin Dunia di Glasgow, Skotlandia pada 2 November 2021. Foto: Phil Noble/ POOL / AFP
Jamaika
Beberapa waktu belakangan, Jamaikan mencoba melepaskan diri dari secara penuh dari Inggris. .
Disadur dari laman resmi pemerintah, PM Jamaika Andrew Holness menggambarkan tanah airnya sebagai negara yang terbuka. Ia kemudian mengungkap kebanggaan atas pencapaian Jamaika sejauh ini.
Sunset di Negril Rockhouse, Jamaika Foto: Flickr/Jon Lee Clark
"Jamaika adalah negara yang sangat bebas dan liberal. Orang-orangnya sangat ekspresif, dan saya yakin Anda pasti pernah melihat spektrum ekspresinya," tutur Holness.
ADVERTISEMENT
"Kami sangat bangga dengan sejarah kami dan apa yang telah kami capai, dan kami terus maju," sambung Holness.
Holness bahkan mengungkapkan hal tersebut saat Pangeran William berkunjung ke Jamaika.

Antigua dan Barbuda

Ilustrasi Antigua dan Barbuda. Foto: Shutterstock
PM Antigua dan Barbuda, Gaston Browne, berbagi sentimen Holness. Menurut Browne, Jamaika telah menempuh langkah ke arah yang benar.
Browne bahkan mengatakan, pemutusan hubungan dengan Ratu Elizabeth II merupakan aspirasi seluruh negara Karibia. Sebab, mereka mendambakan kemerdekaan secara penuh.
Ilustrasi Antigua dan Barbuda. Foto: Shutterstock
"Dengan begitu, kita akan benar-benar menutup lingkaran kemerdekaan itu. Kami memiliki individu yang dapat menjabat sebagai presiden di negara kami masing-masing, dan saya percaya bahwa setiap negara di Karibia Persemakmuran semuanya bercita-cita untuk menjadi republik,” jelas Browne, sebagaimana dikutip dari Jamaica Gleaner.
Ilustrasi Antigua dan Barbuda. Foto: Shutterstock
Browne kemudian melanjutkan, Antigua dan Barbuda juga berkeinginan untuk melepaskan diri dari Ratu Elizabeth II.
ADVERTISEMENT
Namun, ia menerangkan, oposisi parlementer kerap menceburkan diri dalam permainan politik saat membahas permasalahan tersebuti.
"Itulah sifat politik kita, sangat sempit," ujar Browne.

Selandia Baru

Suasana Kota Wellington yang sepi akibat wabah Corona di Selandia Baru. Foto: Getty Images
Perdebatan mengenai penghapusan monarki telah bergemuruh selama beberapa dekade terakhir di Selandia Baru.
Gerakan yang mendukung perubahan itu turut bergejolak di Australia. Negara itu kemudian mengadakan referendum pada 1999 lalu. Tetapi, upaya itu menemui kegagalan.
Sementara itu, St Vincent dan Grenadines melangsungkan referendum untuk menjadi republik pada 2009. Bernasib seperti Australia, negara itu pun kini masih dikepalai Ratu Elizabeth II.
Cropp River, Selandia Baru kota paling basah di dunia Foto: Wikimedia Commons
Di sisi lain, Selandia Baru sempat menilik kemungkinan transisi menjadi republik pula. PM Selandia Baru, Jacinda Arden, memprediksi perubahan itu akan terjadi semasa hidupnya.
"Ketika saya dimintai pendapat, saya pikir dalam hidup saya, saya pikir itu adalah kemungkinan kita akan bertransisi. Ini bukan sesuatu yang diprioritaskan oleh Pemerintah ini sama sekali," papar Arden kepada The Guardian pada 2018.
ADVERTISEMENT
Pekan lalu, seorang profesor hukum bernama Dr Morris mengungkap pengamatan terkait kemungkinan itu. Menurut Morris, Selandia Baru dapat membuat keputusan tersebut dengan mudah melalui penyusunan undang-undang sederhana.
Salah satu lokasi syuting film Lord of the Rings di Selandia Baru Foto: Shutter Stock
Morris menerangkan, negara itu tidak memiliki hambatan konstitusional untuk mengubah pemerintahan menjadi republik. Kendati demikian, Selandia Baru tidak menunjukkan antusiasme yang tinggi untuk menempuh langkah tersebut.
"Meskipun sebagian besar pihak mengatakan mereka mengharapkan Selandia Baru menjadi Republik pada waktunya, mereka belum benar-benar melakukan apa-apa dan tidak memiliki rencana untuk melakukannya," tutur Morris, seperti dikutip dari Express.

Kanada

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, besama Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Putri Anne, selama resepsi di Istana Buckingham, London, Selasa (3/12). Foto: AFP/YUI MOK/POOL
Hubungan Kanada dengan monarki Inggris kembali menjadi sorotan akibat keputusan sejumlah negara Persemakmuran.
Jajak pendapat pada Februari 2022 oleh Research Co. menunjukkan, 49 persen warga Kanada menginginkan kepala negara terpilih. Sementara 21 persen warga ingin mempertahankan monarki
ADVERTISEMENT
Terlepas dari dukungan yang kian memudar, penghapusan monarki tetap menjadi proses yang rumit. Para ahli mengatakan, Kanada membutuhkan persetujuan dari Dewan Rakyat, Senat, dan setiap legislatif provinsi untuk mengubah konstitusi.
Ilustrasi Pulau Vancouver, Kanada. Foto: Russ Heinl/Shutterstock
Proses itu disebut-sebut akan memakan waktu hingga bertahun-tahun. Terlebih, komunitas penduduk asli di Kanada memiliki perjanjian sendiri dengan monarki Inggris.
"Di bawah konstitusi kami, 10 provinsi harus menyetujui perubahan jabatan Ratu dan sangat sulit bagi 10 provinsi untuk membuat keputusan yang sama pada saat yang sama," sebut sejarawan Carolyn Harris, sebagaimana dikutip dari Global News.
"Jadi di Kanada, itu akan menjadi proses yang sangat rumit dibandingkan dengan proses yang relatif mudah di Barbados," lanjut Harris.