Kemlu soal Status Indonesia di BRICS: Interested Country

31 Oktober 2024 19:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kementerian Luar Negeri Mengadakan Press Briefing Jubir Kemlu RI bersama Jubir Kemlu RI, Roy Soemirat dan Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha, di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Kamis (31/10/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kementerian Luar Negeri Mengadakan Press Briefing Jubir Kemlu RI bersama Jubir Kemlu RI, Roy Soemirat dan Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha, di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Kamis (31/10/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengungkapkan status Indonesia sebagai ‘interested country’ usai menghadiri KTT BRICS Plus di Kazan Rusia, pada Kamis (24/10) lalu.
ADVERTISEMENT
Status ini merupakan respons atas penyampaian Menteri Luar Negeri Sugiono soal ketertarikan Indonesia untuk menjadi anggota BRICS, yang saat ini tengah mengembangkan mata uang alternatif dolar AS.
“Pada kesempatan tersebut Indonesia telah menyampaikan keinginan untuk menjadi anggota BRICS. Dengan pengumuman tersebut, maka Indonesia telah menjadi interested country (negara yang tertarik),” ungkap jubir Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI), Roy Soemirat, di kantor Kemlu RI, Jakarta Pusat, Kamis (31/10).
Roy mengatakan Indonesia menjadi negara terakhir yang turut bergabung dalam keanggotaan BRICS. Adapun keputusan untuk terlibat sebagai negara partner BRICS, kata Roy, akan dikembalikan kepada kebijakan anggota BRICS sendiri.
“Ada beberapa negara yang pada saat ketika kemarin [hadir] sudah diumumkan oleh BRICS sebagai partner. Negara partner itu kemudian kami serahkan kepada anggota BRICS mereka sendiri,” ujar Roy.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, berbicara pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus 2024 di Kazan, Rusia, pada tanggal 24 Oktober 2024. Foto: ANTARA/HO-Kemlu RI
Dalam pertemuan, Roy menuturkan ada beberapa isu yang disoroti oleh Menlu Sugiono, di antaranya pentingnya untuk menegakkan hak atas penanganan berkualitas.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Indonesia mendukung reformasi situasi multilateral serta memiliki keinginan untuk berpartisiasi menjadi bagian memperkuat persatuan dan solidaritas.
“Beberapa isu yang disoroti oleh bapak menteri luar negeri pada pertemuan [tersebut] adalah pentingnya untuk menegakkan hak atas penanganan berkualitas, kemudian Indonesia juga mendukung reformasi situasi multilateral agar lebih inklusif, representatif dan sesuai dengan realitas saat ini,” jelasnya.
“Kemudian juga Indonesia ingin menjadi bagian dari upaya untuk memperkuat persatuan dan solidaritas diantara negara-negara global south,” sambungnya.
Presiden Putin memimpin KTT BRICS Plus 2024 di Kazan, Rusia, Kamis (24/10/2024). Foto: Sergey Bobylev/Photohost agency brics-russia2024.ru
Sebelumnya, Menlu Sugiono mengungkap alasan di balik keinginan Indonesia bergabung dengan BRICS. Dia menyebut, BRICS sejalan dengan tujuan Kabinet Merah Putih.
Keinginan Indonesia gabung organisasi kerja sama antarnegara itu disampaikan Sugiono saat menghadiri KTT BRICS Plus di Kazan, pada 23-24 Oktober 2024.
ADVERTISEMENT
"Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif," kata Sugiono seperti dikutip dari pernyataan pers Kemlu, Kamis (24/10).