Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Kerusuhan Meletus di Penjara Myanmar, 1 Tahanan Tewas dan 63 Lainnya Terluka
7 Januari 2023 16:48 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Junta melaporkan insiden itu pada Sabtu (7/1). Pihaknya mengatakan, kerusuhan bermula usai penjaga menyita ponsel seorang narapidana saat malam hari dan mengambil tindakan untuk mendisiplinkannya.
Keesokan harinya, sekitar 70 tahanan melarikan diri dari sel mereka. Mereka merusak properti dan menyerang pasukan keamanan menggunakan tongkat, batu bara, hingga pecahan semen.
Pihak berwenang mencoba mengendalikan situasi. Akibat negosiasi tidak membuahkan hasil, otoritas menggunakan kekerasan.
"Pihak berwenang menembakkan senjata untuk membubarkan massa dan mengendalikan kerusuhan," tulis pernyataan junta, dikutip dari AFP, Sabtu (7/1).
Korban terluka meliputi dua polisi dan sembilan penjaga. Media lokal menggambarkan napi yang tewas sebagai tahanan politik.
Dia diyakini menghadapi tuduhan tindak terorisme. Junta mengaku akan meluncurkan penyelidikan atas insiden tersebut.
ADVERTISEMENT
Myanmar jatuh dalam cengkeraman kekerasan sejak pemerintahan sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi digulingkan dalam kudeta militer pada Februari 2021. Protes telah meletus di seluruh negeri seiring penentang junta melancarkan gerakan pemberontakan sipil.
Militer menanggapi aksi mereka dengan kekerasan brutal, menembak dan membantai pengunjuk rasa di seluruh negeri. Hingga lebih dari 2.700 orang tewas sejak militer merebut kekuasaan di Myanmar.
Junta pun tidak urung mengeksekusi empat tokoh oposisi pada Juli 2022. Tahanan tersebut meliputi anggota parlemen, Phyo Zeya Thaw, dan aktivis demokrasi, Kyaw Min Yu.
Lebih dari 13.000 orang pun telah ditangkap sejak kudeta di Myanmar Menurut tinjauan tahunan Wartawan Tanpa Batas (RSF) pada 2022, Myanmar bahkan menempati posisi kedua dalam daftar negara yang paling banyak memenjarakan jurnalis sepanjang tahun itu.
ADVERTISEMENT
Persidangan politik berlangsung secara tertutup di Myanmar. Sehingga, bukti-bukti yang digunakan untuk menghukum para tersangka bahkan tidak diketahui oleh publik.
Human Rights Watch (HRW) mengatakan, penjara di negara ini terkenal akan kondisi yang keras dan dugaan penyiksaan.
Pekan lalu, junta mengumumkan akan membebaskan lebih dari 7.000 tahanan untuk memperingati 75 tahun kemerdekaan Myanmar.