Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kesedihan Pendiri Sekolah Master saat Anak Didiknya Berurusan Hukum
12 Mei 2018 14:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Menggagas Sekolah Master Indonesia yang diperuntukkan bagi kaum duafa serta anak jalanan tentu tidaklah mudah. Banyak suka duka yang dirasakan pendiri Sekolah Master, Nurokhim (46). Berbagai cara ia lakukan demi masa depan mereka, agar bisa mengubah ekonomi ekonomi keluarga.
Sejak tahun 2000 ayah empat anak itu memberikan wadah serta memfasilitasi mereka yang menunjukkan keseriusannya untuk sekolah.
ADVERTISEMENT
"Mereka butuh tempat bernaung, berlindung yang bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan. Ternyata dengan keterbatasan fasilitas mereka sangat menunjukkan keseriusannya, semangatnya. Itulah yang membuat saya tergerak," ujar Nurokhim saat ditemui kumparan (kumparan.com ), di Sekolah Master Depok, Kamis (3/5).
Di balik keseriusan dan semangat mereka, anak-anak jalanan itu terkadang kembali ke kebiasan lalunya. Itulah yang terkadang membuat Nurokhim sedih. Apalagi mereka harus berurusan dengan hukum.
"Kalau mereka berurusan dengan hukum, gabung dengan komplotan sindikat, narkoba, kriminal itu mirislah dan sedih kita. Sementara mereka ini adalah korban sekaligus pelaku," ucap Nurokhim.
Meski begitu,ia tetap bertanggung jawab dan langsung melakukan upaya penyelamatan.
"Kalau kami tidak ada upaya penyelamatan, mereka di kemudian hari akan jadi pelaku kejahaan sendiri, itu mirislah kita,"ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Nurokhim, peduli kepada anak jalanan bukan berarti hanya memperhatikan kesejahteraannya saja, tapi juga pendidikan, perilaku, kesehatan, hingga pengetahuan agama mereka.
"Jadi sifatnya terpadu. Semua organisasi perangkat daerah harus punya peran nyata. Ini anak negara, mereka tidak boleh didiskriminasikan," tuturnya.
Tetapi, di balik itu semua Nurokhim juga mengaku senang dan bangga karena anak-anak didiknya bisa berprestasi baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
"Sukanya anak anak itu yang tidak dianggap oleh orang mereka bisa punya prestasi. Tidak kalah dengan orang-orang sekolah elit dan keluarga mampu, bahkan mereka dapat beasiswa luar negeri," tutupnya.