Keterangan Warga di Majene yang Dianggap Menjarah Sembako Korban Gempa

16 Januari 2021 21:58 WIB
comment
16
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerusakan Akibat Gempa 6,2 M di Majene. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kerusakan Akibat Gempa 6,2 M di Majene. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Seorang warga akhirnya buka suara terkait dengan video viral yang memperlihatkan dugaan aksi penjarahan kendaraan pengangkut sembako bagi korban gempa di Mejene, Sulawesi Barat (Sulbar). Dugaan penjarahan itu terjadi di jalan raya daerah Kecamatan Tapalang-Kasambang.
ADVERTISEMENT
Namun, ternyata, kesaksian warga berbeda dengan apa yang ramai dibicarakan oleh warganet di media sosial. Warga mengaku melakukan hal tersebut karena kelaparan. Sebab, daerah mereka sama sekali belum mendapatkan bantuan.
Hal tersebut diutarakan oleh Rusman Haeba (35), yang ikut membenarkan kejadian dalam video viral tersebut. Namun, kejadian aslinya tidak sesuai dengan apa yang terlihat dalam video tersebut.
"Mengenai video viral penjarahan terjadi di Tapalang-Kasambang, itu memang benar seperti yang ada di video. Tapi itu tidak mencerminkan kejadian sesungguhnya," kata Rusman saat dikonfirmasi, Sabtu (16/1).
Petugas memasukkan logistik bantuan untuk korban gempa bumi Majene kedalam Pesawat Hercules A 1321 TNI AU, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (15/1). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Dalam video tersebut, warga terdampak gempa di Tapalang sempat bersitegang dengan pria berseragam oranye. Suasana panas itu terjadi lantaran saat warga mengambil sembako dari kendaraan yang memuat bantuan, pria itu berteriak dengan mengucapkan kata-kata tak pantas.
ADVERTISEMENT

Banyak Korban Gempa Kelaparan dan Haus

Rusman sendiri merupakan warga pesisir pantai yang jaraknya hanya sekitar 200 meter dari pantai di area Tapalang, Mamuju.
Saat gempa bumi 6,2 magnitudo mengguncang Sulbar pada Jumat (15/1) dini hari, Rusman bersama warga lainnya sama sekali belum tersentuh bantuan. Mereka mengaku kelaparan dan kehausan.
Alhasil, kondisi itulah menjadi awal mula mereka berinisiatif meminta bantuan makanan kepada kendaraan yang lewat, bukan menjarah.
"Masyarakat yang ada di wilayah kami juga kelaparan, belum tersentuh bantuan sama sekali. Sehingga pagi tadi, masyarakat ini sepakat meminta bantuan di setiap mobil bantuan yang lewat. Tapi dengan catatan, meminta secara baik-baik menggunakan lambaian tangan," cerita Rusman.
Proses evakuasi warga korban gempa 6,2 M di Majene. Foto: Dok. Awal Dion/Sulbar Kini
Akhirnya, sekitar pukul 11.30 WITA, delapan mobil rombongan yang memuat bantuan korban gempa melintas di lokasi. Warga pun sempat melambaikan tangan meminta sebagian bantuan yang akan dibawa.
ADVERTISEMENT
Rombongan ini juga sepakat, sehingga mereka berhenti dan warga bisa mengambil sembako yang dimuat di mobil tersebut.
"Setelah mengambil sebagian makanan dan bermaksud meminta rombongan pergi melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seorang pria berteriak dengan nada kasar sambil nunjuk-nunjuk. Tentu saja, menimbulkan reaksi kemarahan dari masyarakat," jelas alumnus UNM itu.
Rusman sangat menyesalkan beredarnya video itu. Video ini seakan menyudutkan warga yang terdampak gempa. Karena apa yang terlihat di video, kata Rusman, akibat ulah dari sang pria berseragam oranye tersebut.
"Anehnya video yang viral adalah video sepotong setelah ada kemarahan dari masyarakat. Kami sangat sesalkan itu," kata Rusman.
Kejadian ini juga telah dikonfirmasi oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini. Risma menyebut, para warga yang disebut melakukan penjarahan itu sebenarnya sudah kadung kelaparan dan terpaksa mengambil sembako yang hendak didistribusikan.
ADVERTISEMENT
"Jadi mungkin mereka juga memang kelaparan kondisinya. Jadi sekali lagi bukan penjarahan. Karena kita harus membaca situasi. Karena tidak ada pasar yang buka. Tidak ada toko yang buka karena semua takut sehingga semua mengungsi," ujar Risma