Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kilas Balik Satu Tahun Kerusuhan Massa Donald Trump di Capitol AS
7 Januari 2022 8:11 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Sudah satu tahun berlalu sejak kerusuhan besar terjadi di Gedung Kongres Amerika Serikat , Capitol AS. Ribuan pendukung eks Presiden Donald Trump menyerbu Gedung Kongres AS pada 6 Januari 2021.
ADVERTISEMENT
Massa Trump tidak terima atas kekalahan capres pilihannya pada Pemilu Presiden AS pada November 2020. Mereka pun menyerbu Gedung Kongres dengan satu tujuan: Membatalkan pengesahan Joe Biden sebagai pemenang pemilu.
Di hari mencekam itu, para anggota Parlemen AS tengah membahas pengesahan Joe Biden sebagai presiden. Biden unggul dengan 306 suara elektoral dari Trump, yang hanya memperoleh 232 suara.
Trump terus memanas-manasi para pendukungnya dengan mengatakan, terjadi kecurangan pada Pilpres 2020. Ia pun mengajak massa untuk bergerak ke Capitol.
“Saya tahu bahwa semuanya di sini akan segera bergerak menuju Capitol untuk memperjuangkan agar suara kalian terdengar, secara damai dan patriotik,” kata Trump pada 6 Januari 2021, siang hari.
Sebelumnya, pada 20 Desember 2020, Trump sempat mengunggah cuitan di Twitter yang mengajak para pendukungnya untuk menyerbu Capitol.
ADVERTISEMENT
"Secara statistik tidak mungkin kita kalah pada pemilu 2020. Protes besar di DC 6 Januari, datang dan menggila!" kata Trump lewat akun Twitternya.
Kerusuhan Dimulai
Massa di Capitol pun mulai bergerak menuju gedung dan mencoba menerobos penjagaan petugas pengamanan. Mereka saat itu dilengkapi dengan senjata dan bendera bertuliskan nama Trump.
Tak lama setelahnya, peringatan kerusuhan dikeluarkan. Massa mencoba menerobos masuk ke Gedung Kongres dan memecahkan jendela gedung.
Tampak ada yang memanjat tembok area Capitol, mengibarkan bendera Trump dan bendera AS, hingga meneriakkan seruan seperti "Gantung Mike Pence!"
Bahkan, salah satu pendukung Trump berhasil memasuki ruangan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi.
Para anggota parlemen, termasuk Wakil Presiden saat itu, Mike Pence, langsung dievakuasi ke tempat yang aman agar terhindar dari massa.
ADVERTISEMENT
Petugas keamanan bahkan menemukan dua bom pipa di lokasi. Bom tersebut berhasil diamankan.
Menurut pihak kepolisian federal yang menangani, bom tersebut adalah alat peledak sungguhan dan aktif. Akhirnya bom itu diledakkan di lokasi yang aman, atas dasar keamanan.
4 Orang Tewas dan Ratusan Jadi Tersangka
Kekacauan itu tak berlangsung terlalu lama. Kepolisian mencoba membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata. Setelah massa berhasil dibubarkan, mereka memasang kembali barikade keamanan yang sempat dirusak.
Insiden ini memakan korban jiwa. Sebanyak empat orang tewas dan 140 petugas keamanan luka-luka. Salah satu korban tewas bernama Ashli Babbitt, veteran Angkatan Udara AS. Ia ditembak oleh petugas ketika pengunjuk rasa memaksa masuk ke ruang DPR.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 725 orang yang terlibat dalam kerusuhan ini sudah diamankan dan dijatuhi dakwaan oleh Jaksa di AS.
Situasi mencekam ini menyebabkan Wali Kota Washington DC, Muriel Bowser, memberlakukan keadaan darurat selama 15 hari lamanya.
Ini berlangsung hingga pelantikan Joe Biden dan Kamala Harris sebagai Presiden dan Wapres baru AS pada 20 Januari 2021.
Kemenangan Joe Biden Disahkan
Usai seluruh keringat, amarah, dan darah, upaya massa Trump untuk menjegal pengesahan kemenangan Biden di Kongres AS tak berhasil.
Setelah massa berhasil diusir keluar, rapat paripurna dilanjutkan pada pukul 20.00 waktu setempat. Rapat dipimpin Wapres Mike Pence yang juga menjabat Ketua Senat AS. Sertifikasi kemenangan Biden atas Trump telah disahkan.
Akhirnya, Biden dan Harris dilantik dua pekan setelah insiden besar ini. Kini, satu tahun sudah berlalu, kerusuhan di Gedung Kongres Capitol ini menjadi salah satu aksi yang sangat mencoreng demokrasi di negara “standar emas demokrasi” ini.
ADVERTISEMENT
Kata Mereka soal Kerusuhan di Capitol, Satu Tahun Kemudian
ADVERTISEMENT
Presiden Biden, yang selama satu tahun menjabat sering kali tak acuh dengan pendahulunya, buka suara. Dalam pidato selama 25 menit di Statuary Hall, Capitol AS, ia sama sekali tidak menyebut nama Trump—hanya “eks presiden.”
“Pada hari yang sama, satu tahun lalu, di tempat yang keramat ini, demokrasi diserang. Diserang. Kehendak rakyat berada di bawah serangan. Konstitusi AS, Konstitusi kita, menghadapi ancaman terbesar,” ungkap Biden.
“Eks Presiden dan pendukungnya telah memutuskan, satu-satunya cara bagi mereka untuk bisa menang adalah dengan menekan suaramu dan menumbangkan pemilihan umum. Ia bukan hanya mantan presiden, tetapi eks presiden yang dikalahkan.”
Eks Presiden AS periode 2009-2017, Barack Obama, turut menyampaikan pernyataan dalam peringatan satu tahun kerusuhan di Capitol.
ADVERTISEMENT
“Secara sejarah, rakyat Amerika sudah menjadi pembela demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia, terutama ketika terancam. Tetapi, kita tidak bisa menjalani tugas tersebut ketika tokoh pemimpin dalam satu dari dua partai politik besar kita secara aktif merusak demokrasi di tanahnya sendiri,” ungkap Obama.
“Kita tidak bisa menjadi contoh, ketika pemimpin kita sendiri bersedia membuat kebohongan dan meragukan hasil pemilu yang bebas dan adil.”
Ketua DPR Nancy Pelosi, yang berada di Capitol ketika kerusuhan terjadi, turut memperingati hari tersebut sebagai “hari tergelap.”
“Saat kita merenungkan hari tergelap itu, kita ingat bahwa kerusuhan tersebut berlangsung tidak hanya untuk menyerang gedung Kongres, tetapi juga merusak demokrasi itu sendiri.”
Si “akar” dari kerusuhan, eks Presiden Donald Trump, turut buka suara. Ia merespons pidato oleh Biden dengan mengatakan, Presiden ke-46 AS itu memecah belah negaranya.
ADVERTISEMENT
“Biden, yang menghancurkan Negara kita dengan kebijakan Perbatasan terbuka yang tak waras, Pemilu yang korup, kebijakan energi yang kacau balau, mandat yang tidak konstitusional, dan penutupan sekolah yang mengacaukan, hari ini menggunakan nama saya untuk memecah belah Amerika,” tegas Trump.
“Teater politik ini hanyalah sebuah distraksi dari fakta bahwa Biden sudah sepenuhnya dan sama sekali gagal.”