Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kim Jong-un Pamer Parade Militer Korut di Depan Menhan Rusia dan Delegasi China
28 Juli 2023 11:54 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Pejabat China dan Rusia didampingi pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melihat rudal nuklir terbaru Korea Utara dan pesawat tak berawak baru saat parade militer di Pyongyang.
ADVERTISEMENT
Foto-foto parade itu diperlihatkan media pemerintah Korea Utara, KCNA, pada Jumat (28/7) waktu setempat.
Parade itu dihadiri Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu. Menjadikan kunjungan ini sebagai yang pertama oleh pejabat tinggi pertahanan Rusia sejak pecahnya Uni Soviet pada 1991.
Sementara kunjungan pejabat China diwakili delegasi Politbiro Partai Komunis China, Li Hongzhong, menjadikannya sebagai delegasi pertama negara tersebut ke Korea Utara sejak pandemi COVID-19.
Hadirnya pejabat Rusia dan China di parade militer dan rudal nuklir Korea Utara itu terlihat kontras dari parade tahun sebelum-sebelumnya. Saat itu, Beijing dan Moskow berusaha menjauhkan diri dari pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Dalam fparade itu, Kim Jong-un, Shoigu, dan Li Hongzhong terlihat berbincang-bincang, tertawa, dan memberi hormat ketika pasukan Korea Utara berbaris dan alutsista melintas di bawah.
Menurut KCNA, parade itu juga memperlihatkan rudal balistik antarbenua Hwasong-17 dan Hwasong-18 terbaru Korea Utara, yang diyakini memiliki jangkauan untuk menyerang sasaran di mana pun di Amerika Serikat. Acara tersebut juga menampilkan drone mata-mata.
Kim Jong-un telah berbincang empat mata dengan Shoigu saat makan siang. Dalam momen itu, Kim Jong-un bersumpah solidaritas dengan rakyat Rusia dan militernya.
KCNA melaporkan, Shoigu membalas Kim Jong-un dengan pujian terhadap militer Korea Utara sebagai yang terkuat di dunia. Lalu, keduanya membahas kerja sama keamanan dan pertahanan strategis.
Pada pertemuan lain, Shoigu membacakan pidato ucapan selamat dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang berterima kasih kepada Korea Utara atas dukungannya selama "operasi militer khusus" di Ukraina,
ADVERTISEMENT
Kunjungan Rusia ke Korea Utara ini pun direspons Amerika Serikat (AS). Washington menuduh Pyongyang menyediakan senjata ke Rusia untuk upaya perangnya di Ukraina.
Wakil Jubir Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel mengatakan, pada Kamis bahwa AS "sangat khawatir" tentang hubungan antara Moskow dan Pyongyang.
Pyongyang dan Moskow telah membantah melakukan transaksi senjata.
Drone Mata-mata Korea Utara
Drone pengintai baru milik Korea Utara dapat digunakan untuk mensurvei target secara real time, melakukan penilaian kerusakan dalam perang dan secara umum meningkatkan kesadaran situasional strategis.
Hal itu disampaikan pengamat militer Ankit Panda dari Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.
Pada Desember 2022, lima drone Korea Utara menyeberang ke Korea Selatan, mendorong militer Seoul mengerahkan jet tempur dan helikopter, serta meningkatkan tindakan antidrone di fasilitas utama, termasuk kantor kepresidenan.
ADVERTISEMENT
"Drone baru akan digunakan secara terbatas dalam perang di Semenanjung Korea mengingat kerentanan mereka terhadap pertahanan antipesawat, tetapi Korea Utara mungkin berusaha menawarkan drone ini kepada pelanggan eksternal," kata Panda.
Drone itu termasuk di antara senjata yang ditampilkan di pameran senjata yang dikunjungi Kim dan Shoigu minggu ini di Pyongyang.
Korea Utara Tuduh AS Tingkatkan Ketegangan
Dalam pidatonya di parade militer, Menteri Pertahanan Korea Utara Jenderal Kang Sun Nam menuduh AS dan sekutunya meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.
Korea Utara berada di bawah sanksi PBB untuk program rudal dan nuklirnya sejak 2006. Ini termasuk larangan pengembangan rudal balistik.
Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia dan China telah menentang upaya yang dipimpin AS untuk menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Korea Utara, dengan alasan tindakan yang ada harus dilonggarkan untuk tujuan kemanusiaan dan membantu membujuk Pyongyang untuk bernegosiasi.
ADVERTISEMENT
Menurut Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Ewha Womans University di Seoul, kehadiran China dan Rusia di acara-acara dengan rudal balistik yang dilarang meragukan kesediaan negara-negara tersebut untuk menegakkan sanksi.
“Tidak membantu ketika dua anggota tetap Dewan Keamanan PBB secara terbuka mendukung rezim Korea Utara yang melanggar hak asasi manusia dan mencemooh resolusi yang melarang pengembangan nuklir dan misilnya,” kata Easley.
Sementara itu, Jubir PBB Stephane Dujarric mendorong setiap negara anggota PBB bertanggung jawab atas resolusi Dewan Keamanan.
"Semua anggota Dewan Keamanan dan, sejujurnya, semua negara anggota PBB, berbagi tanggung jawab yang sama untuk menegakkan resolusi Dewan Keamanan," jelasnya.