Kisah 6 ABK WNI Korban Eksploitasi Kapal Ikan China Loncat ke Laut

28 Juli 2020 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ABK Kapal Penangkap Ikan. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ABK Kapal Penangkap Ikan. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Tangis Basrizal pecah. Orang tua Anak Buah Kapal (ABK) WNI itu masih mencari keberadaan anaknya yang nekat loncat dari kapal China Fu Yuan Yu 1218.
ADVERTISEMENT
Putra Basrizal, Aditya Sebastian, diduga loncat ke perairan Malaysia. Aditya dan ABK WNI lainnya menjadi korban eksploitasi oleh awak kapal.
"Tanggal 7 April, terjadi perkelahian antara anak saya, 6 orang Indonesia dengan 12 orang dari China. Perkelahian itu mengakibatkan anak saya dan teman-temannya loncat ke laut, akibatnya, 4 orang selamat, 2 orang, termasuk anak saya dan putra dari Sukabumi, belum diketemukan sampai sekarang," ujar Basrizal dalam Webinar kerjasama kumparan, IOJI dan BP2MI bertajuk Pencarian Keadilan Korban Perdagangan Orang ABK di Kapal Ikan Asing, Selasa (28/7).
Aditya berangkat melalui agensi perusahaan PT Mandiri Tunggal Bahari pada 30 September 2019. Upah 300 dolar AS yang seharusnya ia dapat malah dipotong oleh 50 dolar AS untuk uang kapal hingga uang mess.
ADVERTISEMENT
Belum lama bekerja di Fu Yuan Yu, Aditya sudah tidak betah. Kepada Basrizal, Aditya berkukuh ingin segera pulang.
Sayangnya, kapten kapal tak mengizinkan. Seluruh dokumen ditahan, praktik kekerasan hingga eksploitasi terus-terusan terjadi. Puncaknya ketika Aditya memilih keluar dari kapal dengan loncat ke lautan.
"Pada 4 april, dia cerita tidak betah di atas kapal, karena perlakuan tidak nyaman, tidak bisa lagi katanya, anak saya enggak mau cerita semuanya, dia enggak nyaman, dan dia, anak saya, dan teman-temannya minta pulang tapi tidak dibolehkan, tidak dikasih visa/paspor.
Ilustrasi human trafficking Foto: Pixabay
"Anak saya, cita-citanya sangat mulia, ingin menaikkan haji saya dan membelikan saya mobil, tapi sekarang sudah 4 bulan tidak ada kejelasan terkait anak saya," tangis Basrizal.
ADVERTISEMENT
"Sudah 4 bulan tidak ada kepastian tentang anak saya. Padahal saya sudah lapor ke Kapolri, Komnas HAM," sambungnya.
Pihak agensi juga sama sekali tidak memberikan kabar. Basrizal hanya berharap anaknya segera ditemukan dalam keadaan selamat.
"Dia berangkat dalam keadaan selamat, kembali juga lah anak saya dalam keadaan selamat, saya menangis setiap hari, tidak bisa beraktivitas," kata Basrizal.
Dilansir Antara, berdasarkan dokumen pemberitahuan dari PT Mandiri Tunggal Bahari, kapten kapal tidak mengetahui ada enam ABK yang terjun ke laut. Kemudian, kapten kapal menyadari enam ABK tersebut terjun ke laut setelah melihat rekaman CCTV.
Menurut kapten kapal, mereka ingin pulang karena posisi kapal sudah dekat antara Selat Malaka dan Singapura. Saat kejadian, empat ABK berhasil diselamatkan kapal lain yang melintas, dan dua ABK lainnya, termasuk Aditia, belum ditemukan hingga hari ini.
ADVERTISEMENT
Akhirnya 2 ABK ini tidak kuat dan terjun ke laut berenang sampai di Kepulauan Karimun kebetulan Kepulauan karimun kalau jarak tempuh dari Batam itu menggunakan speed boat kurang lebih kamu 2 jam setengah, klo menggunakan feri kurang lebih hampir 2 jam. Jadi bayangkan di sebuah perairan internasional di perbatasan Singapura dan Malaysia ABK itu berenang selama 7 jam yang semula itu 3 jam pertama menggunakan pelampung yang ada oksigennya itu yang kurang lebih kalau dipakai masa expirednya itu 3 jam penggunaan ditambah lagi berenang kurang lebih 7 jam ya itu masih menggunakan... yg sudah kempes tp begitu alhamdulillah kiasa tuhan bahwa ada cerita dibantu hiu yg mendorong-dorong badan 2 abk itu hingga sampai ke karimun dan diselamatkan oleh rekan2 dr polres kp3, nelayan, KKP yg kebetulan kantornya di sekitar perairan tersebut.
ADVERTISEMENT
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Saksikan video menarik di bawah ini.