Kisah Sofyan Tsauri Bergabung dengan Teroris hingga Akhirnya Sadar

3 Juni 2017 14:58 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Talkshow Akhir Pekan Terhangat POLEMIK. (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Talkshow Akhir Pekan Terhangat POLEMIK. (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
Sofyan Tsauri, mantan narapidana terorisme berkisah mengenai awal munculnya faham radikal di Indonesia. Sofyan juga menceritakan mengapa ia bergabung dengan gerakan terorisme hingga akhirnya saat ini tersadar.
ADVERTISEMENT
Sofyan mengatakan, terorisme muncul karena permasalahan sosial di Indonesia. Ada pihak-pihak yang merasa diperlakukan tidak adil.
"Sebetulnya muncul karena berawal ketidakadilan, konflik sosial komunal di masyarakat, ketidakadilan kepada umat Islam dan sebagainya. Nah konflik ini akan memicu orang berpikir radikal," ujar Sofyan usai diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (3/6).
"Seperti contoh kemarin, ada disharmonisasi antara ulama dan umaro, ini sebetulnya juga bisa memicu radikalisasi. Karena memang teroris berangkat dari anti kemapanan, anti sosial dan sebagainya," sambungnya.
Alasan dirinya bergabung dengan gerakan teroris pada tahun 2005 lalu pun sama. Sofyan mengaku tak puas dengan kepemimpinan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Ya tidak puas dengan kepemimpinan, tidak puas dengan kondisi politik negara, timbul sakit hati kondisi masalah Palestina berlarut-larut dan tidak pernah selesai dan ini menjadi sebuah pemicu buat kita untuk melakukan sebuah aksi," ujar Sofyan lagi.
Ilustrasi teror fisik. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teror fisik. (Foto: Thinkstock)
Saat akhirnya tergabung dengan jaringan al-Qaeda. Dia banyak merekrut warga Aceh untuk bergabung bersama dirinya dan al-Qaeda.
"Kita ini dulu pendekatan kita lebih pada doktrin daripada pendekatan dalil syar'i, jadi kita pengen orang itu sama seperti kita atau setidaknya mereka menyetujui logika kita, yang selama ini kita pakai dalam terorisme," bebernya.
Dia mencontohkan aksi bom bunuh diri. Banyak teroris berani mati bunuh diri, karena mereka didoktrin bahwa pemerintah zalim terhadap Islam.
ADVERTISEMENT
"Sehingga perbuatan kita punya legalitas di mata masyarakat umum, kita meyakinkan seperti itu, bukan bunuh dirinya," ujar Sofyan.
Lalu Sofyan menceritakan awal mula ia sadar dari jeratan terorisme tersebut. Ketika ditangkap, ia mengevaluasi diri dan mengoreksi tindakan-tindakannya.
"Kebetulan koreksi dan evaluasi itu bukan dari luar kelompok kita, tapi dari dalam. Osama sendiri dalam suratnya melihat gerakan jihad dalam perjalanannya banyak problem dan permasalahan," ujar Sofyan.
"Kita keluar dari pemahaman takfiri ini, lalu kita baru bisa berkomunikasi dengan pemerintah ternyata ada yang salah dari kita," katanya mengakhiri perbincangan.