Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Komisi X: Hello Kuala Lumpur Nodai Harga Diri Bangsa, Protes ke Malaysia
15 September 2023 9:25 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Komisi X DPR RI menyoroti adanya dugaan penjiplakan lagu daerah Indonesia, Halo-Halo Bandung, oleh akun Youtube berbahasa Malaysia. Lagu 'Hello Kuala Lumpur' dinilai memilki kemiripan yang sangat nyata dengan 'Halo-Halo Bandung' karya Ismail Marzuki.
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira berpandangan pemerintah perlu menyampaikan protes ke Malaysia terkait penjiplakan lagu Halo-Halo Bandung. Sebab penjiplakan ini tak hanya sekadar pelanggaran hak cipta, tapi juga mencederai rasa persaudaraan antar-negara.
“Dirjen Kebudayaan bisa berkoordinasi dengan Kemlu (Kementerian Luar Negeri) untuk membuat nota protes ke Pemerintah Malaysia," kata Andreas, Jumat (15/9).
“Karena itu menyangkut lagu perjuangan yang berkaitan dengan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Penjiplakan lagu Halo-halo Bandung oleh Malaysia telah menodai harga diri negara kita,” tegasnya.
Andreas mengatakan, karya seni budaya termasuk aset berharga yang dimiliki suatu bangsa. Apalagi lagu Halo-halo Bandung dibuat untuk mengenang perjuangan para pahlawan yang gugur saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
"Halo-Halo Bandung adalah lagu legendaris Indonesia yang telah menjadi bagian integrasi dari budaya dan sejarah musik Indonesia. Lagu ini menggambarkan keindahan dan kenangan tentang kota Bandung serta perjuangan pahlawan dengan cara yang unik dan indah," papar Andreas.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan karya seni yang diplagiat atau disalahgunakan tentunya mencederai penghargaan terhadap budaya dan kekayaan suatu negara.
"Lagu, musik, dan seni budaya adalah ungkapan kreativitas yang merefleksikan identitas dan warisan suatu negara. Jadi penting sekali untuk kita menjaga hak cipta hasil seni budaya bangsa,” sebutnya.
Politikus PDIP itu menilai Indonesia harus tegas dalam menghadapi Malaysia. Sebab bukan kali ini saja negara Jiran itu ‘mengeklaim’ warisan budaya Indonesia.
Dalam bentuk lagu daerah, Malaysia sempat menggunakan lagu Rasa Sayange untuk promosi pariwisatanya yang bertajuk Malaysia Truly Asia pada 2017 lalu. Rasa Sayange adalah lagu Indonesia asal Maluku yang diciptakan oleh putra daerah, Paulus Pea.
Tak hanya itu, Malaysia kembali menggunakan lagu 'Rasa Sayang' dalam pembukaan SEA Games 2017 saat Malaysia menjadi tuan rumah event olahraga se-Asia Tenggara tersebut.
ADVERTISEMENT
Kemudian Malaysia juga sebelumnya mengeklaim setidaknya 12 warisan budaya Indonesia lainnya sebagai bagian budaya negaranya. Ke-12 warisan budaya tersebut yakni Pencak Silat, Wayang Kulit, Tari Piring, Tari Tor-tor, Angklung, Batik, Lunpia/Lumpia Semarang, alat musik Godang Sambilan, Beras Adan hingga Kuda Lumping.
Meski Malaysia memiliki kemiripan dalam hal budaya dengan Indonesia, Andreas menilai kepemilikan budaya asli tidak boleh asal diakui.
"Ini adalah tindakan yang tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga menciptakan ketegangan antara dua negara tetangga, termasuk masyarakat kedua bangsa. Padahal sebagai saudara satu and rumpun, Indonesia dan Malaysia seharusnya bekerja sama dalam menjaga perdamaian dan harmoni di kawasan,” tandas Andreas.