Korban Tewas Akibat Antre Bantuan di Gaza Capai 400 Orang

12 Maret 2024 19:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
Warga membawa jenazah seorang warga Palestina tewas dalam insiden dini hari ketika warga bergegas menuju truk bantuan di Kota Gaza pada 29 Februari 2024. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga membawa jenazah seorang warga Palestina tewas dalam insiden dini hari ketika warga bergegas menuju truk bantuan di Kota Gaza pada 29 Februari 2024. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Serangan Israel terhadap warga Palestina yang mengantre bantuan terus bertambah. Kini, tercatat lebih dari 400 orang tewas akibat tembakan Israel saat menunggu bantuan.
ADVERTISEMENT
Serangan Israel tersebut menuai kecaman keras dari internasional sejak terjadi pada Februari lalu. Teranyar, kantor media Gaza mengatakan serangan terbaru Israel terjadi saat orang-orang menunggu bantuan di Bundaran Kuwait
“Tentara pendudukan bersikeras menargetkan mereka yang mencari nafkah untuk anak-anak mereka untuk memuaskan rasa lapar mereka,” jelas laporan kantor berita Gaza dikutip dari Al Jazeera, Selasa (12/3).
Bundaran Kuwait berada di antara wilayah tengah Jalur Gaza dan Kota Gaza, tempat masyarakat berkumpul dalam kelompok besar menunggu truk bantuan.
"Sejauh ini, setidaknya 11 orang dilaporkan tewas akibat serangan langsung oleh tank Israel yang ditempatkan di sekitar wilayah tersebut, berapa orang terluka, hampir 25 orang, dengan luka yang berbeda-beda," jelas paramedis di rumah sakit al-Shifa.
ADVERTISEMENT
Krisis kemanusiaan di Palestina terus memburuk akibat serangan Israel. Selain tewas karena serangan, banyak orang meninggal karena dehidrasi dan kelaparan.
Keluarga Al-Naji Palestina berbuka puasa, di tengah reruntuhan rumah keluarga mereka, pada hari pertama bulan suci Ramadhan, di Deir el-Balah di Jalur Gaza tengah pada 11 Maret , 2024. Foto: AFP
Kondisi itu pun kini terjadi di tengah suasana Ramadan. Sebagian masyarakat kesulitan mendapat akses makanan untuk berbuka puasa.
Di kota Rafah, di perbatasan selatan Gaza tempat 1,5 juta orang mengungsi, makanan berbuka puasa yang biasanya berlimpah di akhir puasa digantikan dengan makanan kaleng dan kacang-kacangan.
“Kami tidak mempersiapkan apa pun. Apa yang dimiliki para pengungsi?” kata warga Khan Younis, Mohammad al-Masry, yang mengungsi.
“Kami tidak merasakan nikmatnya Ramadan. Lihatlah orang-orang yang tinggal di tenda dalam cuaca dingin," ujarnya.
"Ramadan (kali ini) memiliki rasa darah dan kesengsaraan, perpisahan dan penindasan," kata Om Muhammad Abu Matar, yang juga merupakan pengungsi dari Khan Younis.
ADVERTISEMENT