Korban Tewas di Gaza Tembus 31 Ribu Jiwa, 72 Persen Anak dan Perempuan

10 Maret 2024 19:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu Palestina Anwar Abdulnabi menangisi jenazah putrinya Mila, yang menderita kekurangan kalsium dan potasium, di rumah sakit Kamal Adwan di tepi Beit Lahiya, di utara Jalur Gaza,  Sabtu (2/3/2024). Foto: Osama Abu Rbaya/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ibu Palestina Anwar Abdulnabi menangisi jenazah putrinya Mila, yang menderita kekurangan kalsium dan potasium, di rumah sakit Kamal Adwan di tepi Beit Lahiya, di utara Jalur Gaza, Sabtu (2/3/2024). Foto: Osama Abu Rbaya/REUTERS
ADVERTISEMENT
Korban tewas serangan Israel di Gaza terus bertambah. Terbaru, setidaknya sudah ada 31 ribu jiwa yang tewas akibat serangan Israel tanpa henti sejak Oktober 2023.
ADVERTISEMENT
"Setidaknya 31.045 orang tewas di Gaza dan 72.654 terluka dalam serangan Israel sejak 7 Oktober," kata Kementerian Kesehatan Gaza dikutip dari Aljazeera.
"Sekitar 72 persen korban adalah anak-anak dan perempuan," imbuh kementerian.
Dalam 24 jam terakhir, Israel melakukan delapan serangan yang mengenai keluarga di Jalur Gaza, mengakibatkan 85 orang tewas dan 130 orang terluka.
Korban tewas tersebut termasuk 25 warga Palestina yang meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina UNRWA mengatakan situasi di Gaza utara sangat tragis, di mana bantuan melalui darat ditolak meskipun ada seruan internasional berulang kali terkait akses. Badan PBB itu pun mendesak agar gencatan senjata segera dilakukan.
“Ramadan sudah dekat. Jumlah korban tewas terus meningkat,” kata UNRWA di sosial media X.
ADVERTISEMENT
“Akses kemanusiaan di seluruh Jalur Gaza dan gencatan senjata segera sangat penting untuk menyelamatkan nyawa," tutur UNWRA.
Warga Gaza semakin kesulitan mendapatkan akses air bersih.
“Sekarang, pada hari-hari biasa, kami hampir tidak bisa mendapatkan air, lalu bagaimana dengan Ramadan mendatang?” kata seorang wanita, Nesreen Abu Yussef, dikutip dari AFP.
“Di kamp kami ada anak-anak sakit yang membutuhkan gula dan protein, anak-anak kami pusing (kurang gula dan protein). Selama lima bulan terakhir ini kami belum melihat satu pun telur atau daging," tandas dia.