Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Korsel Sebut Perjanjian Budak Seks Jepang 2015 Bukan Solusi
9 Januari 2018 15:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Korea Selatan menyatakan negaranya tidak akan melakukan negosiasi ulang terkait perjanjian penyelesaian masalah budak seks dengan Jepang. Kesepakatan penyelesaian masalah itu disepakati pada 2015 lalu.
ADVERTISEMENT
Isu tersebut bagi dua negara dinilai begitu sensitif. Budak seks yang dimaksud Korsel adalah warganya yang dipaksa bekerja menjadi pelayan nafsu terntara Jepang zaman perang.
Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyung Wha mengatakan, walau mereka tidak ingin negosiasi ulang tetapi harus perjanjian yang disepakati 2015 lalu, tidak sepenuhnya mencerminkan keinginan para korban.
"Perjanjian 2015, gagal merefleksikan opini para korban dan tidak bisa menjadi solusi bagi persoalan budak seks ini," sebut Kang seperti dikutip Reuters, Selasa (9/1).
Saat menandatangani perjanjian tersebut Jepang bersedia untuk memberikan dana sebesar USD 8,8 juta atau setara Rp 118 miliar kepada para korban dan meminta maaf. Namun, belakangan Korsel menilai tindakan itu tidak cukup.
"Pemerintah kami tidak akan meminta negosiasi kembali, tapi saya harap Jepang bisa menerima fakta sesuai dengan standar internasional, serta melanjutkan bantuan kepada para korban untuk kembali mendapatkan harga diri dan martabatnya juga membantu menyembuhkan luka di hati mereka," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Korban budak seks zaman perang di Jepang sudah lama diketahui meminta Negeri Matahari Terbit tidak cuma mengucap maaf dan memberi bantuan. Mereka menginginkan Jepang mengambil pertanggungjawaban hukum dan menyediakan kompensasi.
Menteri Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menanggapi pernyataan Seoul, menyebut segala sesuatu yang ditujukan untuk merivisi perjanjian 2015 lalu, dapat merusak hubungan antara negaranya dan Korsel.
"Sikap dan pendirian negara kami jelas, pernjanjian antara Jepang dan Korsel tercapai setelah negosiasi, Menlu kedua negara sudah setujui dan selanjutnya disetujui pula oleh pemimpin kedua negara," tegas Suga.
Isu budak seks atau dikenal dengan 'Jugun Ianfu' adalah salah satu penghalang bagi hubungan bilateral Jepang dan Korsel. Padahal saat ini, kedua negara tengah mempererat hubungan untuk menghadapi ancaman yang sama: Korea Utara.
ADVERTISEMENT
'Jugun Ianfu' adalah para wanita budak seks dari berbagai negara jajahan Jepang pada tahun 1940-an. Mereka diculik dan dipaksa memuaskan birahi para tentara Jepang di rumah-rumah bordil. Menurut laporan Asian Women's Fund tahun 2007 lalu, jumlah jugun ianfu diperkirakan berjumlah antara 50 ribu sampai 200 ribu wanita.
Para 'Jugun Ianfu' berasal dari Jepang, Tiongkok, Korea, Filipina, Taiwan, Myanmar, Indonesia, Belanda, dan Australia, yang diculik antara tahun 1932 hingga 1945.