Krisis Sanitasi Imbas Serangan Israel: Luka Bakar Anak di Gaza Dipenuhi Belatung

10 September 2024 11:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-anak pengungsi Palestina memilah sampah di jalan di Deir al-Balah, bagian tengah Jalur Gaza, Kamis, 29 Agustus 2024. Foto: Abdel Kareem Hana / AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak pengungsi Palestina memilah sampah di jalan di Deir al-Balah, bagian tengah Jalur Gaza, Kamis, 29 Agustus 2024. Foto: Abdel Kareem Hana / AP Photo
ADVERTISEMENT
Nyaris satu tahun sudah Gaza digempur Israel. Kondisi kemanusiaan di wilayah itu pun kian memprihatinkan akibat sanitasi yang sangat buruk.
ADVERTISEMENT
Di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa, Deir Al-Balah, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun terbaring dengan luka bakar parah akibat serangan udara Israel.
Luka-lukanya kini dipenuhi belatung karena kekurangan perlengkapan sterilisasi.
“(Dia) mengalami luka bakar tingkat dua dan tiga yang meliputi 80%-90% tubuhnya,” ujar seorang dokter spesialis bedah rekonstruksi dan luka bakar, Dr. Mahmoud Yousef Mughani, seperti dikutip dari CNN.
PBB melaporkan, sekitar 12 ribu pasien membutuhkan evakuasi medis, namun penyeberangan Rafah dengan Mesir ditutup selama empat bulan terakhir.
Akses air bersih dan fasilitas sanitasi terbatas, harga barang kebersihan melonjak hingga 1.200 persen, dan keluarga pengungsi mengalami kesulitan menjaga kebersihan dasar di tempat penampungan yang penuh sesak.
UNRWA memperingatkan bahwa kondisi sanitasi tidak manusiawi.
ADVERTISEMENT
"Sampah menumpuk, limbah membanjiri jalanan, akses ke produk kebersihan terbatas," tulis UNRWA.
Sejumlah anak Palestina antre untuk diberikan Vaksin Polio di pusat layanan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Deir Al-Balah, Jalur Gaza, Minggu (1/9/2024). Foto: Ramadan Abed/REUTERS

Sabun Buatan Rumah

Kini penduduk Gaza mencoba membuat sabun dan deterjen sendiri untuk dijual di pasar.
"Tidak ada alternatif. Tidak ada yang bisa didatangkan. Tidak ada yang siap pakai. Semuanya tutup," kata seorang warga bernama Al-Taweel kepada CNN.
Namun, pasokan bahan baku pun semakin menipis.
"Produk siap pakai murah dan tersedia, tetapi semuanya mahal. Masyarakat mengeluh. Sampo harganya 15 shekel (sekitar Rp 60 ribu). Kami biasa menjualnya seharga 10 shekel," ungkapnya.
Gaza kini menghadapi ancaman epidemi akibat buruknya kondisi kebersihan dan sanitasi.
Masyarakat terpaksa menggunakan cairan pencuci piring dan deterjen untuk menjaga kebersihan tubuh, sementara wabah penyakit seperti hepatitis dan infeksi jamur meningkat tajam.
ADVERTISEMENT
Situasi ini kemungkinan akan semakin buruk seiring datangnya musim dingin, sementara upaya bantuan terhambat oleh konflik aktif dan kurangnya akses.